TEBAR JALA, RAUP RUGI

Kamis, Maret 31, 2011


Seorang nelayan menebar jala untuk menangkap ikan. Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad menuding para pengimpor ikan beku ilegas jadi penyebab meruginya nelayan lokal.

Sejak perjanjian pasar bebas ASEAN-China, ikan terlalu mudah untuk diimpor. Harga ikan lokal tidak dapat bersaing dengan ikan impor yang lebih murah 30%. Kementerian akan keluarkan peraturan pelarangan impor ikan jenis tertentu.

READ MORE - TEBAR JALA, RAUP RUGI

AUSTRALIA BANGUN PUSAT PENELITIAN TERUMBU KARANG

Jumat, Maret 18, 2011


Pusat penelitian terumbu karang pertama di dunia dibangun di sebelah selatan gugusan karang Great Barrier Reef Australia. Di tempat ini para ahli bisa meneliti kerusakan karang akibat perubahan iklim. Mereka bisa melakukan ekperimen untuk melihat bagaimana reaksi terumbu karang terdapat oksidasi dan pemanasan global. Lab ini memiliki 72 akuarium dan 12 miniatur terumbu karang, dimana para ahli bisa menaikkan atau menurunkan temperatur dan kadar CO2 untuk mempelajari tingkat kerusakan dan respon ekosistem. Kondisi di lab ini dibikin sama dengan keadaan di perairan Wistari dekat Brisbane.

Laboratorium ini dibangun di Universitas Queensland sebagai bagian dari proyek Climate Change Mesocosm (CCM). Proyek CCM ini mempelajari suhu, tingkat keasaman di bawah dan permukaan laut serta kondisi air di terumbu karang, kata Sophie Dove, yang mengepalai lab ini.

Pusat penelitian ini juga dilengkapi empat tangki air besar yang bisa membuat 7500 liter air. Para ahli bisa menggunakan lab ini untuk melihat reaksi terumbu karang terhadap empat kondisi lautan: masa pra industri, kondisi saat ini, serta laut dengan temperatur dan CO2 sedang hingga tinggi.

Sumber : Green Radio

READ MORE - AUSTRALIA BANGUN PUSAT PENELITIAN TERUMBU KARANG

TERUMBU KARANG BALIK PAPAN "MENYUSUT"

Rabu, Maret 16, 2011

Diperkirakan hanya tinggal 10 persen wilayah perairan Balikpapan Kalimantan Timur, yang panjang total pesisirnya 80 km, masih ada terumbu karangnya. Nelayan baru beberapa tahun terakhir ini menyadari pentingnya terumbu karang setelah mereka kian sulit menangkap ikan dan harus melaut semakin jauh.

Saat ini, terumbu karang hanya bisa dijumpai di pesisir wilayah Teritip (Balikpapan Timur) dan perairan sekitar Pulau Balang (Balikpapan Barat). Menurut penuturan para nelayan, hingga awal tahun 90-an, masih banyak terumbu karang sepanjang pesisir Balikpapan.

Namun, satu demi satu, terumbu diambil dan dirusak dengan bom maupun jaring pukat harimau. Menurut Darwis (39), nelayan di Pantai Manggar, Balikpapan Timur, dulu, ia dan kawan-kawannya beranggapan terumbu malah menggangu. Selain merusak jaring, terumbu karang yang tajam, dikhawatirkan merusak badan bawah kapal serta karamba milik nelayan.

Darwis yang sudah melaut sejak kecil ini, dulu sering mengambil terumbu dengan harapan makin leluasa menjaring ikan besar karena dasar pantai lebih lapang. "Ketika ikan mulai sulit didapat, barulah saya sadar. Terumbu karang sangat penting," kata Darwis, Selasa (15/3/2011).

Tahun 1990-an, para nelayan di Manggar dan pesisir Balikpapan, bisa mendapat banyak ikan hanya dengan melaut sejauh 1-2 mil. Namun sekarang 10 mil lebih. Menurut Kamarudin (30), nelayan lain di Manggar, akibatnya adalah, nelayan boros waktu tenaga, dan bahan bakar.

Walikota Balikpapan Imdaad Hamid menegaskan Pemkot harus menggencarkan upaya pemulihan terumbu karang. Perusahaan harus digandeng untuk bekerja sama. "Sekarang, nelayan sudah mulai sadar ketika ikan-ikan mulai hilang karena tidak ada terumbu. Tiga tahun terakhir ini, tidak ada lagi perusakan terumbu," kata Imdaad, saat menerima bantuan sejumlah terumbu karang dari PT Thiess Indonesia, di Pantai Manggar, kemarin.

Kepala Dinas Pertanian, Kelautan, dan Perikanan Kota Balikpapan Chaidar, mengutarakan, terumbu karang juga tak menggangu budidaya rumput laut nelayan. "Terumbu berada di kedalaman tiga meter, sedangkan rumput laut kan berada di permukaan," kata Chaidar.

Sumber : Kompas Indonesia


READ MORE - TERUMBU KARANG BALIK PAPAN "MENYUSUT"

40 PERSEN TERUMBU KARANG GORONTALO RUSAK PARAH

Selasa, Maret 15, 2011


GORONTALO - Sekitar 40 persen terumbu karang di Teluk Tomini yang ada di kawasan perairan Provinsi Gorontalo, diperkirakan rusak, disebabkan penangkapan ikan menggunakan bahan peledak.

Kepada Bidang Pengelolaan Lingkungan pada Badan Lingkungan Hidup, Riset dan Teknologi Informasi (Balihristi) Provinsi Gorontalo, Rugaya Biki, Selasa, mengatakan kerusakan banyak terjadi pada terumbu karang di daerah pesisir yang berdekatan dengan daratan.

Meski demikian, lanjutnya, secara umum nilai tutupan terumbu karang yang tersebar di pesisir dan pulau-pulau setempat , mulai menyusut, hancur dan tergerus akibat ulah manusia. "Terumbu karang di sejumlah pulau, seperti di pulau Asiangi, Lamua Daa, Raja dan Popaya, relatif masih baik tutupannya, yakni berkisar antara 50 hingga 80 persen," katanya.

Dia mengatakan, terumbu karang di kawasan Teluk Tomini, khususnya di Provinsi Gorontalo terdiri dari dua jenis, yakni terumbu karang cincin (Atol) dan terumbu karang tepian (Fringing Reef).

Terumbu karang berfungsi sebagai pelindung ekosistem pantai juga menahan dan memecah energi gelombang sehingga mencegah terjadinya abrasi dan kerusakan di sekitarnya. Selain itu, terumbu karang juga berfungsi sebagai rumah bagi banyak jenis mahluk hidup di laut.

READ MORE - 40 PERSEN TERUMBU KARANG GORONTALO RUSAK PARAH

TERUMBU KARANG TELUK TOMINI SEMAKIN RUSAK

Selasa, Maret 08, 2011


Kondisi terumbu karang di Teluk Tomini yang masuk dalam wilayah pantai selatan Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo, semakin rusak. Kerusakan terumbu karang semakin parah akibat akitivitas pengeboman ikan. Warga berharap polisi meningkatkan patroli di wilayah perairan tersebut.

Berdasar catatan Sustainable Coastal Livelihoods and Management (Susclam), organisasi nirlaba yang bergerak di bidang pelestarian alam wilayah Teluk Tomini, tutupan terumbu karang di bawah 50 persen pada tahun 2004. Diperkirakan tutupan terumbu karang di wilayah perairan Kabupaten Pohuwato tersebut semakin menurun pada tahun ini. Pasalnya, pengeboman ikan di wilayah tersebut masih marak terjadi.

"Maraknya pengeboman ikan ini akibat faktor ekonomi masyarakat nelayan. Selain itu, penegakan hukum terhadap pelaku pengeboman ikan masih rendah," kata koordinator Susclam, Rahman Dako, Senin (7/3/2011) di Gorontalo.

Rahman menambahkan, kondisi tutupan terumbu karang di bawah 50 persen dikategorikan rusak. Kondisi lebih parah juga terjadi di perairan selatan Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Ada beberapa lokasi di perairan di sana yang tutupan terumbu karangnya kurang dari 30 persen atau rusak berat.

Anggota Komisi C DPRD Pohuwato, Ibrahim Hamzah mengatakan, pengeboman ikan sudah meresahkan nelayan lokal di Pohuwato. Selain membunuh benih ikan, pengeboman juga berdampak pada hancurnya terumbu karang di wilayah perairan tersebut. Padahal, terumbu karang menjadi sarang ikan berbagai jenis.

"Kami meminta agar polisi perairan meningkatkan operasi di wilayah kami. Sebab, pengeboman ikan sudah sangat meresahkan. Selain merusak benih, terumbu karang juga turut hancur," kata Ibrahim.

Sumber : Kompas Indonesia


READ MORE - TERUMBU KARANG TELUK TOMINI SEMAKIN RUSAK

MASYARAKAT ENGGANO MINTA DIPASANGKAN SIRINE TANDA TSUNAMI

Senin, Maret 07, 2011

ENGGANO-- Masyarakat di Pulau Enggano Kecamatan Enggano Kabupaten Bengkulu Utara meminta pemerintah memasang sirene peringatan dini tsunami di pulau berpenduduk lebih 2.800 jiwa itu.

"Sampai saat ini belum ada alat sirene tsunami yang dipasang di Pulau Enggano padahal sama seperti Bengkulu, daerah ini juga sering dilanda gempa bumi," kata Koordinator Kepala Suku Enggano yang disebut Pa'abuki Iskandar Zulkarnain Kauno di Enggano, Ahad.

Ia mengatakan setiap gempa besar yang melanda Bengkulu, getarannya dirasakan kuat oleh masyarakat yang tinggal di pulau berjarak 106 mil dari Kota Bengkulu itu. Untuk itu kata dia, perlu dipasang sistem peringatan dini berupa sirene tsunami untuk mengurangi risiko bencana gempa dan tsunami yang berpotensi melanda pulau itu.

"Gempa besar tahun 2000 dan 2007 juga terasa sangat kuat di Enggano, bahkan masyarakat sudah banyak yang mengungsi, padahal di sini daerah yang tinggi sangat jauh dari pemukiman penduduk," jelasnya.

Ia berharap pemerintah memprioritaskan pemasangan sirene tsunami di pulau itu, selain masyarakat tetap siaga jika sewaktu-waktu gempa bumi terjadi. Iskandar mengatakan saat ini sudah ada jalur evakuasi yang dibuat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di pulau itu, bahkan masyarakat juga sudah mendapat sosialisasi dan simulasi bencana gempa bumi dan tsunami dari Palang Merah Indonesia (PMI) Bengkulu.

"Tapi alat itu tetap penting sebagai peringatan bagi masyarakat untuk melakukan penyelamatan diri sebelum bencana terjadi," katanya.

READ MORE - MASYARAKAT ENGGANO MINTA DIPASANGKAN SIRINE TANDA TSUNAMI

WAKATOBI AKAN MILIKI SEKOLAH "KELAUTAN INTERNATIONAL"




KENDARI-- Sekolah Pengelolaan Perlindungan Kelautan Perikanan berskala internasional (School For Marine Protected Area Management) di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, segera dibangun dalam waktu dekat.

Pembangunan sekolah kelautan internasional itu ditandai dengan penandatanganan MoU antara Kementerian Kelautan Perikanan RI dan Pemerinath Kabupaten Wakatobi. Penandatangan kerja sama itu dilakukan Bupati Hugua, sementara dari Kementerian Kelauitan diwakili Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Kelautan dan Perikanan RI, Prof Sjarief Wijaya, yang disaksikan Sekda Wakatobi Hardian Laomo dan Kadis Kelautan dan Perikana La Ode Hajifu.

Menurut Bupati Hugua, guna mendukung kelancaran pembangunan sekolah itu, Pemerintah Kabupaten Wakatobi telah menyediakan lahan seluas 30 hektare, dan telah dihibahkan sebagai lokasi pembangunan sekolah tersebut.

Menurut dia, selama beberapa tahun Wakatobi yang memiliki kekayaan bahari yang melimpah hanya dimanfaatkan oleh mahasiswa dari sejumlah universitas dari luar negeri, sementara mahasiswa dalam negeri belum ada yang melakukan penelitian di Wakatobi.

Sementara itu, Sjarief Wijaja mengatakan, setelah dilakukan peninjauan lapangan rencananya sekolah ini akan ditindaklanjuti pembangunannya yang akan diawali dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Kelautan dan Perikanan yang direncanakan pada Bulan Mei 2011 mendatang. Sekolah ini, katanya, akan diresmikan oleh Presiden SBY pada Bulan Agustus 2011 nanti bertepatan dengan pelaksanaan pembukaan Sail Wakatobi Belitung 2011.

Sjarief Wijaja juga mengatakan, dipilihnya Wakatobi sebagai lokasi pembangunan sekolah perikanan ini didasari atas pertimbangan bahwa daerah ini merupakan pusat segi tiga karang dunia yang kaya dengan sumber daya kelautan dan perikanan.

Pertimbangan lain bahwa Wakatobi telah berpuluh tahun dijadikan sebagai lokasi penelitian oleh sejumlah perguruan tinggi kenamaan di Eropa dan Amerika. Ia juga mengatakan setelah sekolah ini terbangun, pemerintah akan lebih memprioritaskan putra-putra daerah dalam memanfaatkannya. Salah satu bentuknya akan dilakukan dalam bentuk penggratisan biaya pendidikan, penyediaan asrama mahasiswa dan kapal riset kelautan.

READ MORE - WAKATOBI AKAN MILIKI SEKOLAH "KELAUTAN INTERNATIONAL"

INDONESIA GANDENG APEC : PERDAGANGAN IKAN KARANG HIDUP BERKELANJUTAN



Salah satu isu yang disepakat dalam pertemuan APEC ketiga dan dimuat dalam Deklarasi Paracas adalah isu kelautan terhadap keamanan pangan. Salah satu jenis ikan yang permintaan mengalami peningkatan secara signifikan adalah ikan karang hidup (seperti ikan kerapu), terutama pasar internasional. Sementara itu, perdagangan ikan karang hidup secara berkelanjutan merupakan salah satu komponen penting di dalam melaksanakan keamanan pangan. Disampaikan Dr.Gellwynn Jusuf selaku Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan sekaligus Lead Shepherd-APEC Fisheries Working Group pada saat membuka secara resmi workshop internasional bertajuk "market-based improvement on live reef fish food trade" di Hotel Sanur Paradise, Bali hari ini (1/3).

Lebih lanjut Gellwynn menyampaikan bahwa pengaturan perdagangan ikan karang hidup harus dilakukan dengan pendekatan yang konperhensif untuk meyediakan akses masyarakat terhadap pangan, perdagangan, keamanan lingkungan dan keberlanjutan sumberdaya. Keberadaan lingkungan "sehat" diyakini dapat meningkatkan populasi dan kelangsungan ikan karang. Harga ikan karang hidup di pasaran jauh lebih tinggi dibandingkan ikan sejenis yang telah diolah, bahkan ikan karang hidup dari alam lebih banyak diminati dibandingkan ikan karang hasil budidaya. Untuk itu, forum kerjasama ekonomi Asia Pasifik (APEC) sangat berperan dalam menyelaraskan perdagangan ikan karang hidup secara lestari, mengingat sebagian besar yang terlibat dalam perdagangan ikan karang hidup adalah anggota APEC, tegas Gellwyn.

Sementara itu, Dirjen P2HP, Dr. Victor Nikijuluw dalam sambutannya yang disampaikan Sesditjen P2HP, Dr. Syafril Fauzi menekankan pentingnya dukungan dan kolaborasi dunia internasional dalam penyelamatan kelestarian ikan karang hidup, khususnya dalam hal pengaturan perdagangannya. Menurutnya, saat ini kelestarian perdagangan ikan karang hidup terancam karena beberapa hal, yaitu: praktek penangkapan ikan ilegal dan destruktif (bom, sianida dll), penangkapan ikan berlebih (over fishing), menangkap ikan berukuran kecil, dan tingginya permintaan ikan karang hidup dari alam serta anaknya yang setiap tahun mengalami peningkatan. Forum ini diharapkan dapat mengatur mekanisme perdagangan ikan karang hidup sehingga keberlanjutan sumberdaya ini terjaga.

Permintaan ikan karang hidup sejak tahun 1998 terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini memberikan dampak serius terhadap kelestarian ikan karang hidup. Saat ini, Hongkong tercatat sebagai importir utama komoditas ikan karang hidup, dengan nilai sekitar Rp 1,4 triliun pada tahun 2008 dan Indonesia menjadi salah satu negara eksportir terbesar ke negara tersebut, yakni sebesar 25 persen atau masih dibawah Filipina yang berkontribusi sebesar 28 persen.

Penyelenggaraan workshop dilaksanakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bekerjasama dengan sekretariat APEC dan organisasi lingkungan hidup World Wildlife Fund (WWF). Kegiatan yang berlangsung selama 3 hari (1-3 Maret 2011) dihadiri oleh 122 peserta dari 12 negara anggota APEC, yaitu: Indonesia, Amerika Serikat, Kanada, Thailand, Vietnam, Peru, Rusia, Filipina, Hongkong, Australia, Papua Nugini, dan Malaysia. Kegiatan ini bertujuan untuk membangun kesadaran bersama dari para anggota APEC mengenai pentingnya pengelelolaan perdagangan ikan karang hidup secara berkelanjutan, disamping bertukar pengalaman para negara anggota sehingga dapat menjadi proses pembelajaran negara lainnya.

Untuk keterangan lebih lanjut silakan menghubungi Dr. Yulistyo Mudho, M.Sc, Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan, (HP. 0811836967)

Sumber : Antara News Indonesia

READ MORE - INDONESIA GANDENG APEC : PERDAGANGAN IKAN KARANG HIDUP BERKELANJUTAN

PINDAI LOKASI : HIU PAKAI SISTEM PEMETAAN MENTAL

Jumat, Maret 04, 2011

Hiu memiliki sistem navigasi internal yang memungkinkan mereka menentukan tujuan akhir dalam kurun 30 mil. Hiu juga memanfaatkan medan magnet bumi.

Ilmuwan di Florida Museum of Natural History menemukan bahwa gerakan hiu menetapkan tujuan dengan tepat melibatkan kemampuan pemindaian hiu berdasarkan memori yang tersimpan dari perjalan sebelumnya.

"Penelitian kami menunjukkan hiu memiliki penentuan lokasi dengan sangat tepat. Secara sederhana, mereka tahu harus pergi ke arah mana," ujar ilmuwan Yannis Papastamatiou. Banyak orang yang mampu berjalan dengan tujuan 3,7 hingga lima mil namun bayangkan itu terjadi pada jarak yang lebih jauh di laut pada malam hari.

“Siapapun yang sering menyelam tentu memahami bahwa berada di bawah laut tanpa kompas sangatlah sulit. Namun, kemampuan ini kami temui pada hiu harimau,” kata Papastamatiou lagi.

Hiu mampu mendeteksi 30 mil dengan melihat bentuk gerakan dari skala spasial yang berbeda. Inilah cara menggabungkan jarak dan panjang relatif secara sederhana.

Ilmuwan juga menemukan hiu dewasa memiliki kemampuan navigasi yang lebih baik dari hiu remaja. ini berarti kemampuan pemetaan tersebut dibangun sejalannya waktu.

Kekuatan indrawi hiu memang legendaris. Hewan tersebut juga mampu mendeteksi konsentrasi bahan kimia sekecil apapun dalam air, frekuensi suara rendah hingga ratusan meter serta memanfaatkan medan magnet.

Penelitian terbaru dipublikasikan di Journal of Animal Ecology.

Sumber : Inilah . Com


READ MORE - PINDAI LOKASI : HIU PAKAI SISTEM PEMETAAN MENTAL

MEMULIHKAN ALAM MELALUI WISATA BAHARI

Rabu, Maret 02, 2011


Restoran menjadi salah satu aspek penting dalam pariwisata. Destinasi wisata di daerah pesisir menjadikan bahan-bahan laut sebagai hidangan utama di restoran. Direktur Pusat Penelitian dan Pengembangan Laut, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil, Universitas Hasanuddin, Jamaluddin Jompa mengatakan selalu ada godaan untuk mengambil sumber daya laut yang berdekatan dengan pasar secara berlebihan.

"Orang yang makan tidak pernah tahu ikan dari mana dan kondisi laut bagaimana. Nelayan sebagai pengamat alam. Komoditi ikan masih bisa diproduksi secara alami misalnya seperti ikan baronang yang pertumbuhannya cepat, bisa dimanfaatkan secara lestari," ungkapnya Selasa, (1/3/2011). Hanya saja, lanjutnya, asal setiap area ikan tidak ditangkap secara berlebihan. Ia menuturkan ikan memiliki populasi optimun dan bisa diatur pengambilan ikan secara lestari.

"Laut bukan seperti tambang. Alam punya kemampuan untuk tumbuh sendiri. Kalau tidak diambil akan mati alami. Hanya saja, manusia mengambil sumber daya laut melebihi kemampuan alam untuk memproduksi," katanya. Ia menambahkan untuk meningkatkan produksi maka perlu turunkan dulu produksi.

"Tapi kita nggak pernah kasih break. Kalau kita manage kan ada istilahnya zoning. Tempat lain bisa diambil secara lestari baik jumlah maupun ukurannya. Ini perlu tindakan kolektif. Ekstraktif boleh saja, tapi diatur," ungkapnya.

Ia mengatakan untuk ikan agar jangan ambil yang masih kecil. "Cukup berikan 1 kali untuk ikan kawin sudah oke. Ikan bisa bertelur puluhan ribu. Kenapa ikan bisa habis? Karena tidak diberi kesempatan satu kali saja untuk kawin. Itu solusinya. Seringkali pikiran nelayan kalau lepas ikan kecil mikirnya besok diambil nelayan. Perlu menahan godaan secara kolektif," jelasnya.

Sebagai contoh adalah Australia. Jamaluddin mengatakan kepiting betina tidak boleh dikonsumsi di Australia. "Di Indonesia populasi kepiting turun terus. Tidak ada kepedulian untuk melestarikan laut secara action," imbuhnya. Wisata bahari, menurutnya, tidak sekadar laut yang sedap dipandang namun juga kesempatan alam untuk pulih.

READ MORE - MEMULIHKAN ALAM MELALUI WISATA BAHARI

2050, TERUMBU KARANG DUNIA "PUNAH"

Selasa, Maret 01, 2011

Eksploitasi berlebihan tanpa diikuti dengan pelestarian jangka panjang pada terumbu karang meningkatkan resiko kepunahan terumbu karang. Laporan Lembaga Sumber Daya Dunia (WRI) di Washington berikut 25 organisasi lainnya meramalkan bila kondisi itu tidak mengalami perubahan maka di tahun 2050 mendatang, terumbu karang dunia akan punah.

WRI juga menyebutkan terumbu karang yang membentang dari Samudera Hindia, Australia hingga Karibia merupakan kawasan terumbu karang yang paling bersiko punah. Di kawasan itu sebagian besar negara mengekploitasi terumbu karang guna kegiatan ekonomi konsumtif.

Jane Lubchenco, peneliti dari US National Oceanic dan Atmospheric, mengatakan perubahan iklim ditambah ancaman dari daratan seperti bergerakan lempeng bumi dan lainnya serta tekanan dari lautan berupa badai atau tsunami menyebabkan resiko signifikan terhadap keberlangsungan hidup terumbu karang." Kondisi ini mutlak membutuhkan gerak cepat terutama dalam pengurangan emisi gas rumah kaca dan karbondioksida guna mencegah situasi yang mengerikan menimpa terumbu karang," papar dia seperti dikutip Dailymail, Kamis (24/2).

WRI juga menyebut Emisi karbon dioksida dari konsumsi bahan bakar berkontribusi membuat lautan lebih asam, yang menghalangi pembentukan karang. Selain itu, suhu permukaan laut lebih hangat menyebabkan pemutihan karang.

Penyebab lainnya yang juga berbahaya bagi terumbu karang adalah aktivitas manusia seperti penangkapan ikan secara berlebihan, metode penangkapan ikan yang merusak seperti menggunakan bahan peledak atau racun, limbah kimia dari pertanian, minyak tumpah, kapal yang menyeret jangkar dan rantai di terumbu serta aktivitas pariwisata berkelanjutan.

Lebih dari 275 juta orang di dunia bertempat tinggal berjarak 18 mil dari terumbu karang. Padahal do lebih dari 100 negara, terumbu karang melindungi daratan lebih dari 93.000 mil dari garis pantai.

Laporan ini juga mengidentifikasi 27 negara - sebagian besar di Karibia, Pasifik dan samudra India - diramalkan mengalami masalah sosial dan ekonomi jika terumbu karang rusak atau hilang. Di antara 27 negara, sembilan negara seperti Komoro, Fiji, Grenada, Haiti, Indonesia, Kiribati, Filipina, Tanzania dan Vanuatu, merupakan negara dengan terumbu karang yang paling rentan punah.

Lauretta Burke, salah seorang Peneliti WRI mengatakan situasi ini merupakan ancaman sempurna. Menurut dia, situasi ini adalah fase sangat kritis bagi sistem ekologi kelautan dunia.

READ MORE - 2050, TERUMBU KARANG DUNIA "PUNAH"

 
 
 

TENTANG FORKOM

FORKOM KOMUNIKASI MASYARAKAT PENCINTA TERUMBU KARANG merupakan wadah komunikasi diantara masyarakat dalam upaya meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya pelestarian ekosistem terumbu karang, COREMAP dengan komponen penyadaran masyarakat telah berupaya mengkampanyekan berbagai program kepada masyarakat luas. Selengkapnya

TRANSLATE POST

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Forkom Komunitas