MAHASISWA INDONESIA GUNAKAN SATELIT NASA UNTUK MEMANTAU IKAN

Jumat, Januari 28, 2011


Satelit SeaStar yang diluncurkan Badan Administrasi Luar Angkasa Amerika Serikat (NASA) bisa dipakai untuk memantau distribusi ikan di perairan Indonesia secara gratis.

Hal tersebut diungkapkan Fardhi Adria, mahasiswa Universitas Syiah Kuala Nanggroe Aceh Darussalam, saat presentasinya di ajang International Workshop on Advanced Imaging Technologies (IWAIT) 2011 yang diselenggarakan di Hotel Santika Jakarta, Jumat (7/1).

Ia mengungkapkan, satelit NASA tersebut bisa dimanfaatkan berkat adanya sensor SeaWiFS pada satelit. Sensor itu akan membantu mengindra Bumi dan menggolongkan citranya dalam beberapa spektrum. Salah satu spektrumnya secara tidak langsung bisa menggambarkan distribusi ikan.

Satelit ini mampu membaca penyebaran klorofil a. Klorofil a merupakan pigmen pendukung fotosintesis yang dimiliki fitoplankton. "Logikanya, jika terdapat fitoplankton melimpah, klorofil a pun melimpah, dan di daerah itulah ikan juga melimpah," jelas Fardhi.

Jika dicitrakan, klorofil a akan tampak dalam beberapa warna. Warna ungu menunjuk pada konsentrasi klorofil a yang rendah, berarti pula jumlah ikan di wilayah perairan itu kecil. Sementara warna kuning menunjukkan jumlah klorofil a yang berlimpah, berarti kelimpahan ikan juga tinggi.

Untuk menguji hubungan antara klorofil a dan distribusi ikan, Fardhi bersama dosennya, Khairul Munadi, melakukan pemantauan sepanjang Juni-November 2008. Hasilnya, keduanya berhubungan. Fardhi mengaku perlu fasilitas berbayar jika ingin pencitraan lebih detail.

Pencitraan dasar hanya butuh komputer yang memadai dan koneksi internet. Jadi, ujar Fardhi, teknologi ini termasuk murah. Kemudahan ini, menurut dia, membuat hasil risetnya bisa diaplikasikan. Persiapannya hanya tinggal cara mengomunikasikan kepada nelayan.

Informasi lokasi penyebaran ikan ini bisa dimanfaatkan oleh nelayan. "Kita bisa komunikasikan pada nelayan. Mereka tidak perlu berputar-putar ke laut mencari ikan sebab sudah tahu lokasinya," katanya. (Yunanto Wiji Utomo)

Sumber : Nasional Geographic Indonesia
READ MORE - MAHASISWA INDONESIA GUNAKAN SATELIT NASA UNTUK MEMANTAU IKAN

SAIL WAKATOBI - BELITONG 2011 SIAP DIGELAR

Indonesia akan menggelar kegiatan kebaharian nasional tahunan yang diberi nama Sail Wakatobi-Belitong (SWB) 2011 antara lain sebagai ajang investasi serta promosi budaya dan wisata bahari di Wakatobi dan Belitong.

"Kegiatan bahari bertaraf internasional ini akan berdampak baik bagi pembangunan ekonomi nasional khususnya perekonomian kawasan setempat," kata Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad, di Jakarta, Kamis (20/1/2011).

Menurut Fadel, penyelenggaraan kegiatan kebaharian nasional pada tahun 2011 ini akan mengambil tema "Clean the Ocean for Future Live".

Maksud dari pengambilan tema itu adalah bertujuan untuk menyikapi terjadinya perubahan iklim yang disebabkan meningkatnya suhu permukaan air laut akibat dari berbagai aktivitas pengelolaan kelautan yang tidak memenuhi standar pengelolaan lingkungan.

Sementara itu, Dirjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, Syahrin Abdurrahman mengatakan, terdapat enam kegiatan utama dalam SWB 2011.

Keenam kegiatan itu antara lain adalah yacht rally, aksi sosial dalam Operasi Bhakti Surya Bhaskara Jaya, seminar nasional dan internasional mengenai pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan.

Sedangkan kegiatan utama lainnya adalah lintas nusantara remaja bahari, pameran produk kelautan dan perikanan, serta acara puncak yang rencananya akan dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

SWB 2011 akan dilaksanakan selama enam pekan yang dimulai pada pekan kedua Juli hingga pekan keempat Agustus.

Sementara untuk kegiatan yacht rally akan dimulai pada 23 Juli di Darwin, Australia. Para peserta rally direncanakan melewati 21 kabupaten/kota di Indonesia sebelum berakhir di Singapura.

Sedangkan untuk Operasi Bhakti Surya Baskara Jaya akan digelar di enam provinsi yakni Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Selatan.

Sumber : Kompas Indonesia


READ MORE - SAIL WAKATOBI - BELITONG 2011 SIAP DIGELAR

KEARIFAN LOKAL TIDAK BISA CEGAH DEGRADASI TERUMBU KARANG

MAKASSAR- Degradasi terumbu karang yang saat ini masih terus berlangsung dan tidak lagi bisa diatasi hanya dengan kearifan lokal dan pengelolaan tradisional saja tanpa memahami dinamika ekologisnya.

Degradasi itu hanya dapat dilakukan dengan pendekatan-pendekatan yang strategis dan komprehensif berbasis pada ilmu pengetahuan dan teknologi terkini dan terdepan (frontier of sciences), ucap Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa, MSc dalam orasi penerimaan jabatan Guru Besar Universitas Hasanuddin di Makassar, Senin (24/1).
Dalam orasi berjudul "Terumbu karang Indonesia di tengah globalisasi dan ancaman pemanasan global" di dalam rapat Senat Terbuka Luar Biasa Unhas dipimpin Rektor/Ketua Senat Unhas Prof Dr dr Idrus A Paturusi, Jamaluddin Jompa mengatakan, terumbu karang Indonesia secara alamiah telah ditakdirkan menjadi pusat segitiga karang dunia, yang bukan hanya terluas, melainkan juga tertinggi tingkat keanekaragaman hayati lautnya di seluruh perairan laut yang ada di planet bumi ini.

"Globalisasi dan perubahan iklim adalah fakta yang tidak bisa dihindari, sehingga pengelolaan ekosistem terumbu karang pun harus merespon perubahan-perubahan peluang dan tantangan tersebut," ujar guru besar Ekologi Terumbu Karang Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas tersebut.

Dia menyebutkan, secara umum, minimal ada lima solusi yang strategis untuk pengelolaan terumbu karang Indonesia ke depan. Pertama mengurangi/mengatasi berbagai penyebab kerusakan/tekanan ekosistem. Kedua, menerapkan sistem pemanfaatan sumberdaya terumbu karang berbasis ekosistem. Ketiga, memelihara/meningkatkan ketahanan ekosistem (ecosystem resilience). Keempat, membangun jejaring kawasan konservasi laut yang berkualitas. Kelima, pengelolaan yang adaptif termasuk adaptasi perubahan iklim.

Menurut Jamaluddin, ekosistem memang dikenal sangat produktif, sehingga terumbu karang yang sehat bisa menghasilkan ikan karang yang lestari sekitar 30 metrik ton per km2/tahun. Namun demikian, akibat tekanan yang berlebihan melewati daya dukung tdua ton per km2/tahun.


"Dengan memahami dan menerapkan pemanfaatan berbasis ekologis, maka terumbu karang Indonesia yang luasnya sekitar 70.000 km2, sungguh merupakan potensi besar bagi perekeonomian nasional," kala lulusan doktor Ekologi Terumbu Karang, James Cook University, Australia 2001 tersebut.

Kemampuan ekosistem mempertahankan dan memulihkan diri dari berbagai tekanan, termasuk akibat pemanasan global, sangat tergantung dari kesehatan ekosistem terumbu karang itu sendiri. Keseimbangan bio-ekologis dari unsur-unsur pembentuk ekosistem terumbu karang merupakan salah satu kunci yang sangat penting.

Salah satu strategi pengelolaan sumberdaya perikanan internasional yang terbukti dapat menjaga keseimbangan ekologis secara efektif adalah melalui pengembangan kawasan konservasi. Keseimbangan ekologis ini terbukti memberi manfaat yang besar terhadap perbaikan dan pemulihan populasi organism terumbu karang, bukan hanya di dalam kawasan konservasi, melainkan juga di sekitar, bahkan di luar kawasan konservasi.

"Hal ini dimungkinkan karena sifat ekosistem laut yang memiliki keterhubungan yang sangat kuat antara berbagai habitat dengan jarak yang relatif jauh," kata guru besar ke-270 Unhas yang sudah menyampaikan orasi penerimaan jabatannya. (ant/hrb)

READ MORE - KEARIFAN LOKAL TIDAK BISA CEGAH DEGRADASI TERUMBU KARANG

 
 
 

TENTANG FORKOM

FORKOM KOMUNIKASI MASYARAKAT PENCINTA TERUMBU KARANG merupakan wadah komunikasi diantara masyarakat dalam upaya meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya pelestarian ekosistem terumbu karang, COREMAP dengan komponen penyadaran masyarakat telah berupaya mengkampanyekan berbagai program kepada masyarakat luas. Selengkapnya

TRANSLATE POST

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Forkom Komunitas