WARGA SELAYAR DIMINTA PERANGI PERUSAK TERUMBU KARANG

Kamis, April 07, 2011


Bupati Kepulauan Selayar Syahrir Wahab membuka secara resmi Rapat Koordinasi Pengamanan Taman Nasional Taka Bonerate.

Bupati meminta menjaga Taman Nasional Taka Bonerate, karena itu mengajak terus menjaga kelestarian terumbu karang di Taman Nasional Taka Bonerate.

Dikatakannya Potensi besar Kepulauan Selayar ada di bidang kelautan dan perikanan dengan banyaknya spesies terumbu karang.

Terumbu karang mesti tetap terjaga kelestariannya. Kita harus sepakat menjadikan perusak terumbu karang sebagai musuh bersama.

Olehnya itu kita perlu mensosialisasikan agar masyarakat dapat mengetahui dampak dari illegal fishing. Kemudian menyediakan mata pencaharian alternative dengan budi daya rumput laut dan keramba tancap.

Bupati Kepulauan Selayar Syahrir Wahab mengemukakan kalau pengamanan di laut belum berhasil dengan baik maka langkah yang harus ditempuh adalah pengamanan di darat dengan cara mengidentifikasi pelaku yang sering melakukan illegal fisihing. Kalau ini dijalankan, Bupati yakin ilegal fisihing dapat ditekan seminimal mungkin.

READ MORE - WARGA SELAYAR DIMINTA PERANGI PERUSAK TERUMBU KARANG

LABORATORIUM BAWAH LAUT, WAKATOBI - PULAU HOGA


Laboratorium Bawah Laut Kabupaten Wakatobi di Pulau Hoga, Sulawesi Tenggara (Sultra) akan menjadi pusat penelitian berbagai jenis terumbu karang dan bio energi dunia.

"Penggunaan Laboratorium Bawah Laut Wakatobi sebagai pusat penelitian terumbu karang dan bio energi dunia, akan dimulai bersamaan dengan dibukanya Sekolah Perikanan Internasional yang dibangun Kementerian Kelautan dan Perikanan," kata Bupati Wakatobi, Hugua kepada ANTARA melalui telepon dari Wakatobi, Selasa.

Menurut Bupati Hugua, Sekolah Perikanan Internasional Wakatobi, akan dibuka pada bulan Agustus 2011 mendatang.

Bersamaan dengan peresmian beroperasinya sekolah tersebut kata Hugua, akan digelar penelitian organisma bawah laut Wakatobi yang direncanakan diikuti sebanyak 1.000-an peneliti dari berbagai negara.

Terutama dari universitas yang akan menjalin kerjasama dengan Pemkab Wakatobi untuk mengembangkan sekolah perikanan tersebut.

"Setiap satu peneliti dari luar negeri, akan ditemani peneliti nasional dari LIPI dan berbagai perguruan tinggi di Tanah Air," katanya.

Laboratorium Bawah Laut Wakatobi yang menjadi sarana pendukung utama Sekolah Perikanan Internasional menurut Hugua, akan menjadi pusat penelitian terumbu karang dan bio energi paling aktif di pusat segi tiga terumbu Karang dunia.

Menurut Bupati Hugua, mahasiswa SPI Wakatobi, akan berasal dari enam negara yang menjadi anggota CTI (Coral Triangle Initiative).

Enam Negara tersebut masing-masing Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Kepulauan Salamon, Timor Leste dan Indonesia sendiri.

Bupati Hugua mengatakan, untuk pengembangan dan peningkatan kualitas sekolah tersebut, Pemerintah Kabupaten Wakatobi bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan, akan menjalin kerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi di luar negeri.

"Kami sudah dihubungi pihak Universitas Essex, Cambridge, Oxford di Inggeris, Trinity College Dublin University Irlandia dan Harvard Amerika Serikat, untuk bekerjasama mengembangkan Sekolah Perikanan Internasional di Wakatobi," katanya.

READ MORE - LABORATORIUM BAWAH LAUT, WAKATOBI - PULAU HOGA

PENAMBANGAN TIMAH, ANCAM POPULASI TERUMBU KARANG


"Air laut menjadi keruh dan menyulitkan terumbu karang bernapas."

Seorang pengamat lingkungan hidup dari Universitas Bangka Belitung (UBB), Rizza Muftiadi, penambangan bijih timah di Kota Pangkalpinang mengakibatkan tingginya endapan lumpur di perairan yang mengancam populasi terumbu karang.

"Penambangan bijih timah memprodusir lumpur sehingga air laut menjadi keruh dan menyulitkan terumbu karang bernapas, karena tidak bisa ditembus sinar matahari yang pada gilirannya biota laut itu tidak tumbuh dan bisa punah," katanya di Pangkalpinang, Minggu.

Kepunahan terumbu karang dapat menimbulkan banyak efek, diantaranya berkurangnya populasi ikan dan abrasi pantai, ujarnya.

Selain penambangan biji timah, kata dia, ada banyak alat tangkap ikan tertentu, seperti pukat harimau dan racun ikan beroperasi di perairan, sehingga dapat merusak terumbu karang, kendati belakangan aktivitas alat tangkap seperti itu mulai berkurang.

"Ini juga menjadi ancaman populasi terumbu karang, sehingga banyak ditemukan terumbu karang mati di perairan laut Pangkalpinang," ujarnya.

Menurut dia, sangat sulit menghentikan kegiatan ekonomi di perairan tersebut, karena Pangkalpinang sudah sejak lama menjadi alur pelayaran dan aktifitas lainnya.

Ia menghemukakan, untuk menjaga populasi terumbu karang sebagai tempat bersarang ikan dan pemecah gelombang agar tidak terjadi abrasi pantai, harus dilakukan penanaman dan pelestarian pohon bakau.

"Populasi pohon bakau dan lamun atau lalang laut berfungsi menjaga habitat karang dengan menyerap lumpur, sehingga terumbu karang bisa hidup dengan baik," ujarnya.

Menurut dia, jika pohon bakau dan lamun banyak tumbuh di daerah pantai, tentu terumbu tumbuh dengan baik karena sedimentasi lumpur diserap kayu bakau, sehingga lumpur tidak mengendap di terumbu karang.

Ia menyatakan, antara kebutuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan memang saling berseberangan dan dilematis, pada satu sisi harus memenuhi kebutuhan hidup, namun di sisi lain menyebabkan kerusakan lingkungan.

Namun, kata dia, tetap harus ada upaya melestarikannya yaitu melalui kegiatan penghijauan dengan menanam pohon bakau atau melakukan transplantasi terumbu karang.

"Memang upaya ini sudah dilakukan berbagai pihak seperti menanam bibit bakau di Pantau Tanjung Bunga, namun harus tetap dijaga agar bisa tumbuh dan hidup dengan baik sehingga benar-benar mampu menghindari abrasi dan menjaga populasi terumbu karang," ujarnya.

READ MORE - PENAMBANGAN TIMAH, ANCAM POPULASI TERUMBU KARANG

TERUMBU KARANG MENTAWAI KIAN TERANCAM


Saya tidak ikut mengambil terumbu karang ke laut, hanya mengambil sisa dari tumpukan kalau tak dibawa pemiliknya !!

Terumbu karang di perairan Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, kian terancam karena masih digunakan masyarakat setempat untuk alternatif material bahan bangunan rumah.

"Kita akan koordinasikan dengan instansi terkait dan segera menyurati Bupati Mentawai, jika masih berlangsung aktivitas pengambilan terumbu karang di perairan itu," kata Kepala Dinas Keluatan dan Perikanan (DKP) Sumbar Ir Yosmeri ketika dikonfirmasi di Padang, Senin.

Yosmeri mengatakan, di Mentawai sebenarnya sudah ada Peraturan Daerah yang melarang masyarakat mengambil terumbu karang untuk dijadikan material bahan bangunan.

Warga Desa Taikako, Kecamatan Pagai Utara, Kepulauan Mentawai, Man Yosep (40-an) saat ditemui di Dermaga Taikako, pekan lalu mengatakan, terumbu karang yang ditumpuk di Dermaga itu untuk material alternatif material bangunan.

Batu air untuk material pondasi bahan bangunan sulit didapatkan di Kepulauan Mentawai, karena itu banyak terumbu karang yang dijadikan alternatif.Jasa bagi para pencari adalah Rp100 per meter kubik hingga ke tepi pantai.

"Saya tidak ikut mengambil terumbu karang ke laut, hanya mengambil sisa dari tumpukan kalau tak dibawa pemiliknya," katanya sambil menaikkan karung yang berisi serpihan terumbuk karang ke sepeda motornya.

READ MORE - TERUMBU KARANG MENTAWAI KIAN TERANCAM

MANGROVE HAMBAT PERUBAHAN IKLIM


Hutan mangrove

Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa mangrove memberi sumbangan sangat potensial untuk mengurangi emisi karbon dibanding hutan hujan tropis. Masalahnya, mangrove terus mengalami kerusakan dengan cepat di sepanjang garis pantai, sejalan dengan persoalan emisi gas rumah kaca.

Para ahli dari Center for International Forestry Research (Cifor) dan USDA Forest Service menekankan perlunya hutan mangrove dilindungi sebagai bagian dari upaya global dalam melawan perubahan iklim.

"Kerusakan mangrove saat ini sudah pada tingkat yang menghawatirkan. Ini harus dihentikan. Penelitan kami menunjukkan bahwa hutan mangrove mempunyai peranan kunci dalam strategi mitigasi perubahan iklim," kata Daniel Murdiyarso, peneliti senior dari Cifor, Selasa (5/4/2011) malam.

Daniel mengemukakan, pada 15 -20 tahun lalu, luas hutan mangrove Indonesia masih sekitar 8 juta hektar. Saat ini diperkirakan tinggal 2,5 juta hektar.

Cifor mengungkapkan, sebuah studi yang dipublikasikan pada 3 April 2011 dalam Nature GeoScience, para ahli mengukur cadangan karbon dalam hutan mangrove berdasarkan atau luas areal wilayah Indo-Pasifik. Tidak ada studi selama ini yang mengintegrasikan pentingnya mengukur total cadangan karbon mangrove berdasarkan geografi atau luas wilayah hutan mangrove.

Dari hasil-hasil tersebut, para ahli mengestimasi bahwa tingkat pembusukan dan penguraian di hutan mangrove lebih cepat daripada hutan di daratan. Sebagian besar karbon disimpan di bawah hutan mangrove, yang dapat dilihat, yakni antara tanah dan air.

Mangrove hidup sepanjang pantai dari sebagian besar laut-laut utama di 188 negara. Sebanyak 30 sampai 50 persen berkurangnya mangrove sepanjang setengah abad lalu telah menimbulkan ketakutan. Sebab, bisa jadi mangrove akan punah seluruhnya dalam kurun waktu kurang dari 100 tahun.

Kelanjungan mangrove juga terancam oleh tekanan pertumbuhan kota dan pembangunan industri, sebagaimana ancaman dari pertumbuhan tambak atau fish farm yang tidak terkendali.

"Saat ini belum ada kesadaran akan bahaya kehilangan mangrove bagi kelangsungan kehidupan umat manusia. Sehingga, setiap pemerintah harus ditekan agar menyadari pentingnya dan membuat kebijakan yang dapat melindungi hutan mangrove," kata Daniel.

Sumber : Kompas Indonesia

READ MORE - MANGROVE HAMBAT PERUBAHAN IKLIM

 
 
 

TENTANG FORKOM

FORKOM KOMUNIKASI MASYARAKAT PENCINTA TERUMBU KARANG merupakan wadah komunikasi diantara masyarakat dalam upaya meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya pelestarian ekosistem terumbu karang, COREMAP dengan komponen penyadaran masyarakat telah berupaya mengkampanyekan berbagai program kepada masyarakat luas. Selengkapnya

TRANSLATE POST

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Forkom Komunitas