NELAYAN LANGKAT INGIN KEMBALIKAN HUTAN MANGROVE

Selasa, November 08, 2011


Keberadaan Perkebunan kelapa sawit yang menggunakan lahan pada ekosistem mangrove di Kabupaten Langkat Sumatera Utara, menyebabkan kesejahteraan Nelayan terganggu. Konversi hutan mangrove membuat hasil tangkapan berkurang dan menimbulkan intrusi laut ke rumah-rumah warga.

Presidium Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Region Sumatera, Tajruddin Hasibuan, Selasa (8/11/2011) dihubungi dari Jakarta, mengatakan ekosistem mangrove merupakan tempat bertelur dan membesarkan biota-biota Laut komersial seperti kepiting, udang, dan ikan. Namun ironisnya, ekosistem ini banyak dikonversi menjadi areal Kebun kelapa sawit.

"Nelayan yang menggantungkan Hidup pada hasil laut, sangat terganggu penghidupannya," ucap Tajruddin. Di Sumatera, konversi mangrove menjadi sawit banyak terjadi di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Di Langkat, ujarnya, sedikitnya 20.000 hektar Hutan mangrove sudah berubah menjadi perkebunan kelapa sawit. Meski sejak tahun 2000 telah diprotes warga, Perkebunan itu terus berlangsung. Namun, kesabaran warga telah habis.

"Besok, hari Rabu ini, ribuan warga di Lubuk Kertang Kecamatan Berandan Barat Langkat, akan mengadakan aksi untuk mengembalikan fungsi lahan sawit yang seharusnya adalah ekosistem mangrove," ucapnya.

Dari sisi yuridis, ucapnya, warga merasa yakin karena lahan ekosistem itu dilindungi secara hukum, tetapi dikonversi menjadi Kebun sawit.

"Kawasan itu sudah jelas teregister dan tercatat di Kementerian Kehutanan sebagai daerah yang tidak boleh dikonversi atau diubah menjadi bentuk apa pun," ucap Tajruddin.


READ MORE - NELAYAN LANGKAT INGIN KEMBALIKAN HUTAN MANGROVE

PRODUK HASIL RISET


Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lukman Hakim menegaskan bahwa produk hasil riset para ilmuwan harus bisa diserap oleh industri dan mendominasi pasar lokal.

"Selama ini produk masih dikuasai luar. Contohnya obat, banyak sekali obat potensial. Tetapi bagaimana memecah pasar lokal yang sudah dikuasai importir. Selama puluhan tahun, 90 persen pasar obat dikuasai oleh importir," kata Lukman dalam acara LIPI Expo di Hotel Bidakara, Senin (7/11/2011).

Dominasi produk luar negeri membuat Indonesia hanya menjadi penonton dan tidak mendapatkan nilai tambah. Lukman mencontohkan pada produk ponsel, Indonesia hanya bisa menjadi konsumen, mengeluarkan pulsa terus-menerus tanpa punya keuntungan tambahan selain pemakaian.
Lukman mengungkapkan, "Ini bukan kita tidak mampu, tetapi karena persaingan. Makanya, bagaimana caranya kita bisa mendominasi dan tidak hanya jadi konsumen. Pasar bisa dikuasai produk yang hasil pengembangan para ilmuwan."

Menurut Lukman, LIPI telah menghasilkan beberapa produk yang sebenarnya bisa diaplikasikan. Contohnya antara lain senyawa berkhasiat obat dan alat penjernih air. Namun, LIPI perlu rekan untuk bekerja sama sehingga hasil penelitian bisa menjadi poduk jadi. Kalangan yang diharapkan bisa diajak kerja sama adalah industri. Selama ini, hasil penelitian banyak, tetapi masih minim industri yang berminat.

"Itu sebabnya dari pemerintah kami dorong insentif sehingga gap yang besar antara supply dandemand ini didekatkan," jelas Lukman.

Dalam LIPI Expo kali ini dipamerkan beberapa produk, di antaranya es krim tempe, reaktor ozon pengolah limbah cair, instalasi pengolah air gambut, dan biotrik (biogas listrik). Lukman berharap ajang LIPI Expo bisa menjadi tempat pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian untuk bertemu dan menindaklanjuti hasil riset.


READ MORE - PRODUK HASIL RISET

PRAKARSA TERUMBU KARANG, LIBATKAN TIGA MENTERI


Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C Sutardjo serta Menteri Riset dan Teknologi Gusti M Hatta mengadakan temu koordinasi yang dikoordinasi langsung oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono terkait Prakarsa Terumbu Karang  (CTI). 

Temu koordinasi para ketiga menteri tersebut yang juga dihadiri Ketua Harian Dewan Nasional Perubahan Iklim Rachmat Witoelar, serta wakil-wakil dari Kementerian Kehutanan, Bappenas, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), serta dari Gubernur Sulawesi Utara berlangsung di Jakarta, Rabu (2/11). 

Pertemuan tersebut berlangsung dengan efektif dan mencatat hasil-hasil temu yang konkrit ke depan dalam rangka mendukung Prakarsa Terumbu Karang atau Coral Triangle Initiative (CTI) dalam waktu dekat. 

Sebelumnya, juga telah diadakan pertemuan  tingkat pejabat tinggi Senior Official Meeting (SOM) sebanyak tujuh kali membahas tentang CTI. 

Dilanjutkan dengan tiga kali pertemuan tingkat menteri atau Ministerial Meeting (MM) dan satu kali tingkat kepala negara atau CTI Summit oleh ke-enam negara-negara anggota CTI dan para mitra CTI sejak pertama digagas lima tahun lalu. 

Negara-negara anggota CTI yakni Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon, dan Timor Leste. 



READ MORE - PRAKARSA TERUMBU KARANG, LIBATKAN TIGA MENTERI

 
 
 

TENTANG FORKOM

FORKOM KOMUNIKASI MASYARAKAT PENCINTA TERUMBU KARANG merupakan wadah komunikasi diantara masyarakat dalam upaya meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya pelestarian ekosistem terumbu karang, COREMAP dengan komponen penyadaran masyarakat telah berupaya mengkampanyekan berbagai program kepada masyarakat luas. Selengkapnya

TRANSLATE POST

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Forkom Komunitas