Kisah Kearifan Lokal Desa Les Melestarikan Terumbu Karang Buleleng

Rabu, November 27, 2013

les,terumbu,wisata selam,buleleng,bali
Foto : Wisuda, Mongabay Indonesia

Berkat program transplantasi karang yang dilakukan kelompok nelayan, terumbu karang yang dulunya rusak sekarang sudah menjelma keindahan bawah laut yang menawan.

Langit yang biru, laut yang biru, dan pemandangan alam atas serta bawah laut yang luar biasa, membuat Desa Les tak hanya menjadi salah satu pelopor nelayan ramah lingkungan, tetapi juga tempat yang pantas untuk dihormati dan dikenang akan kearifan masyarakatnya dalam menghargai alamnya.

Desa Les, di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Propinsi Bali adalah salah satu desa yang sadar akan bahaya kehilangan terumbu karang. Sebelum tahun 1982 hanya terdapat nelayan ikan untuk tujuan konsumsi di Desa Les.

Nelayan dari pulau Jawa yang mencari ikan hias di desa inilah yang mendorong nelayan Les, mempelajari apa yang sedang dilakukan oleh nelayan Jawa tersebut.

Kemudian, nelayan Les pun mulai beralih. Dari profesi sebagai nelayan ikan untuk konsumsi,  menjadi nelayan ikan hias. Pada awalnya nelayan ikan hias Les hanya berjumlah empat sampai tujuh orang. Melihat perkembangan yang dihasilkan, jumlah nelayan ikan hias terus berkembang dalam jumlah yang lumayan besar.

Cara tangkap yang dilakukan pada waktu itu adalah dengan menggunakan jaring yang tradisional. Sejalan dengan meningkatnya permintaan pasar serta tergiur kemudahan yang ditawarkan penggunaan sianida, nelayan kemudian beralih menggunakan sianida.

Karena kebutuhan keluarga yang mendesak, maka kegiatan menggunakan sianida ini berlangsung cukup lama. Secara perlahan terumbu karang desa les semakin rusak. Ikan-ikan hias dan konsumsi pun berkurang secara drastis. Para nelayan Desa Les, harus mencari ikan hias jauh dari kampung halaman mereka. Waktu itu, pencarian ikan hias bisa mencapai dataran sulawesi dan Nusa Tenggara Timur.

Beberapa orang dan LSM pencinta lingkungan pun mulai mengadakan perdekatan ke beberapa tokoh nelayan ikan hias Desa Les. Dan beberapa di antaranya mulai sadar akan bahaya dari sianida.

Pada tahun 2001, sianida pun mulai ditinggalkan, dan kembali pada jaring tradisional. Bahkan jaring pun digunakan yang lembut, agar tidak merusak karang-karang Desa Les.

Nelayan Desa Les kini tak lagi menggunakan peledak. Rehabilitasi karang pun dilakukan. Kelompok nelayan ikan hias juga dibentuk, untuk mewadahi kegiatan para nelayan. Dan dilakukan standarisasi untuk pencarian ikan hias yang ramah lingkungan.

Desa Les pun menjelma menjadi desa wisata selam yang cukup menarik. Berkat program transplantasi karang yang dilakukan kelompok nelayan Les, terumbu karang yang dulunya rusak karena sianida, sekarang sudah menjelma menjadi barisan hard dan soft coral yang indah. Ikan-ikan warna-warni yang dulunya hilang, kembali berdatangan menghiasi dunia bawah lautnya.

Kondisi terumbu karang Indonesia saat ini semakin memprihatinkan. Di kawasan Indonesia tengah dan timur, yang notabene memiliki sebagian besar sebaran terumbu karang di indonesia, yaitu 60.000 kilometer persegi, kerusakan terus terjadi. Data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebutkan, hanya 30 persen terumbu karang dalam kondisi baik, 37 persen dalam kondisi sedang, dan 33 persen rusak parah.

Sebagian besar terumbu karang dunia, sekitar 55 persen, terdapat di Indonesia, Filipina, dan Kepulauan Pasifik; 30 persen di Lautan Hindia dan Laut Merah; 14 persen di Karibia; dan 1  persen di Atlantik Utara.

Selain pemanasan global dan penimbunan laut dengan dalih reklamasi, faktor pendorong kerusakan terumbu karang di Indonesia yang terbesar, justru datang dari masyarakat pesisir sendiri. Pencarian hasil laut dengan menggunakan bom dan potasium masih sering dilakukan.
(Wisuda/Mongabay.co.id) # nationalgeographic.co.id #






READ MORE - Kisah Kearifan Lokal Desa Les Melestarikan Terumbu Karang Buleleng

Lestarikan Terumbu Karang


RUMPUT LAUT - Penanaman transplantasi terumbu karang oleh kelompok pelestari 
terumbu karang di Kecamatan Angsana.

BATULICIN - Pemkab Tanbu tetap berkomitmen untuk melestarikan terumbu karang, khususnya yang ada di Kecamatan Angsana dan Sungai Loban. Kawasan terumbu karang ini berpotensi menjadi objek wisata.
Selain melakukan langkah program berupa transplantasi dan rehabilitasi, pemerintah daerah melalui dinas terkait melakukan langkah taktis lain dengan mengikutsertakan peran aktif masyarakat nelayan setempat.

“Mereka tergabung dalam kelompok pelestari terumbu karang,” ujar Bupati Tanbu Mardani H Maming.
Secara bertahap, pemerintah daerah akan terus mendorong dan memfasilitasi pembentukan kelompok pelestari dan penjaga terumbu karang daerah. Pembentukan kelompok ini bertujuan untuk melestarikan dan merehabilitasi keberadaan terumbu karang yang merupakan habitat biota laut yang dilindungi undang-undang.
“Bentuk dukungan dari pemerintah daerah terhadap kelompok pelestari ini dengan melakukan pembinaan dan penyuluhan setiap bulannya,” jelasnya.

Dalam wadah kelompok pelestari terumbu karang itu, warga nelayan yang tergabung di dalamnya menjalankan tugas dan fungsinya sebagai agen pembaharu dan pendorong pelestarian terumbu karang.
“Secara khusus mereka melakukan langkah-langkah pelestarian terumbu karang seperti menggelar kegiatan tranplantasi terumbu karang dan rehabilitasi terumbu karang,” ujarnya.

Kedepan, ujar Mardani, pemerintah daerah juga akan menjalin kerjasama dengan organisasi kepemudaan dan sosial kemasyarakatan untuk turut serta menjadi agen atau kelompok pelestari terumbu dan pecinta laut.(kry/by/ema) 
http://www.radarbanjarmasin.co.id
READ MORE - Lestarikan Terumbu Karang

‘Tsunami’ Bintang Laut, Rusak Terumbu Karang Great Barrier Reef


Bintang laut Mahkota Berduri bertanggung jawab atas punahnya 40% terumbu karang 
di Great Barrier Reef selama 27 tahun terakhir. (Credit: ABC licensed)

Hamparan karang di Great Barrier Reef terancam rusak oleh wabah bintang laut Mahkota Berduri yang tercatat paling merusak.

Hamparan karang di Great Barrier Reef yang terletak antara Cooktown dan Cairns sudah lebih dahulu diserang wabah ini dan tercatat sudah empat kali dilanda wabah sejak tahun 1960.
"Saat ini jumlah bintang laut Mahkota Berduri terus meningkat, dan sepertinya dalam 12 bulan lagi kita akan melihat seluruh kawasan karang Great Barrier di Cairns akan tertutup bintang laut berduri,” kata Kol McKenzie, yang mengepalai Asosiasi operator Wisata Taman Laut (AMPTO). 
Para pakar menilai jumlah tutupan Mahkota Berduri terus bertambah. Setidaknya saat ini ada jutaan bintang laut Mahkota Berduri yang tersebar sepanjang ratusan kilometer, dan terus bergerak kearah selatan searah dengan arus laut.
"Saat ini memang belum terlalu padat, tapi jumlahnya sudah pasti terus bertambah dan melonjak jauh dari catatan sebelumnya," kata Profesor Morgan Pratchett dari Pusat Riset Studi Terumbu Karang di  Universitas James Cook.
Pratchett memperkirakan dalam waktu dekat wabah bintang laut Mahkota Berduri ini akan menutupi hamparan terumbu karang Great Barrier Reef di perairan Townsville dan Whitsundays.
Bintang laut Mahkota  Berduri adalah spesies asli, dan Profesor Peter Doherty dari Institut Ilmu Kelautan mengatakan ada bukti-bukti kalau wabah bintang laut ini merupakan fenomena alami.
"Bintang laut itu sebenarnya adalah tumpukan kulit dan duri yang melapisi Gonad (organ reproduksi bintang lau) yang dipersenjatai sangat baik untuk menemukan dan memakan karang.  Jadi cepat atau lambat spesies ini memang akan mewabah," katanya.
Pratchett menambahkan teori lain menyebutkan ledakan jumlah bintang laut di kawasan hamparan terumbu karang Great Barrier Reef turut dipicu oleh kegiatan manusia. Terutama oleh meningkatnya pemakaian pupuk yang kemudian terbawa arus ketika banjir.
"Banjir  yang terjadi selama musim hujan banyak mengandung endapan dan unsur hara. Dan itu mendorong tumbuhnya plankton yang kemudian meningkatkan sel tumbuhan dan menyediakan kondisi makanan yang sempurna untuk Mahkota Berduri dan kombinasi dari situasi itu membuat jumlah bintang laut melonjak pesat.” Paparnya.
Meski penyebab pasti dari ledakan bintang  laut Mahkota Berduri ini masih diperdebatkan, sejumlah pakar setuju kalau kondisi air laut yang buruk dan limpasan dari kawasan pertanian, kian memperburuk masalah.
Ancaman utama Great Barrier Reef
Belum lama ini pemerintah federal meluncurkan penilaian strategis dari terumbu karang Great Barrier Reef dan Mahkota Berduri serta limpasan pertanian masuk dalam daftar ancaman utama  bagi hamparan terumbu karang terbesar didunia yang terletak di Laut Coral, di lepas pantai Queensland, Australia tersebut.
Faktanya, dalam studi terbaru AIMs, Mahkota Berduri bertanggung jawab atas lebih dari hilangnya 40% terumbu karang di hamparan terumbu karang Great Barrier Reef selama lebih dari 27 tahun terakhir.
Professor Doherty dari Institut Kelautan Australia mengatakan saat ini hamparan terumbu karang di Great Barrier Reef berada pada kondisi paling buruk sejak monitoring di kawasan itu dilakukan sejak 30 tahun lalu.
Terobosan terbaru untuk memerangi dominasi bintang laut di terumbu karang ini dicapai lewat senjata racun sekali tembak yang ditemukan tahun ini. Mekanisme penyuntikan racun dibagian lengan bintang laut ini diakui efektif menjauhkan bintang laut dari kawasan terumbu  karang yang sering dikunjungi wisatawan tersebut.
Namun menurut Nick Heath dari WWF  mekanisme suntikan racun satu kali tembak ini tidak akan mencegah atau menghentikan wabah bintang  laut Mahkota berduri.
"Jumlah bintang laut Mahkota Berduri sudah terlalu ban yak, ini seperti Tsunami dan tidak ada upaya manusia yang bisa mencegah mewabahnya bintang laut ini,” katanya.
Heath mengatakan solusi jangka panjang untuk mencegah lonjakan bintang laut mahkota berduri ini harus melibatkan perbaikan kualitas air dan upaya lanjutan untuk mencegah limpasan dari kawasan pertanian yang perlu melibatkan industri pertanian.

The Great Barrier Reef adalah sistem terumbu karang terbesar di dunia yang terletak di Laut Coral, di lepas pantai Queensland, Australia.  Hamparan terumbu  karang ini diperkirakan terdiri dari lebih dari 2.900 terumbu individual dan 900 pulau. Terhampar sepanjang lebih dari 2.600 kilometer, di atas lahan seluas sekitar 344.400 kilometer persegi, membuat  kawasan Terumbu Karang ini dapat dilihat dari luar angkasa dan menjadi  struktur tunggal terbesar di Bumi yang dibuat oleh organisme hidup. Peter McCutcheon # http://www.radioaustralia.net.au #

READ MORE - ‘Tsunami’ Bintang Laut, Rusak Terumbu Karang Great Barrier Reef

 
 
 

TENTANG FORKOM

FORKOM KOMUNIKASI MASYARAKAT PENCINTA TERUMBU KARANG merupakan wadah komunikasi diantara masyarakat dalam upaya meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya pelestarian ekosistem terumbu karang, COREMAP dengan komponen penyadaran masyarakat telah berupaya mengkampanyekan berbagai program kepada masyarakat luas. Selengkapnya

TRANSLATE POST

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Forkom Komunitas