Laporan kelompok organisasi
lingkungan yang berjudul "Reefs at Risk Revisited" menyebutkan sistem
pemetaan satelit yang baru bisa dimanfaatkan untuk mempelajari dunia
terumbu karang.
Dunia terumbu karang makin terancam,
sebagian besar disebabkan kegiatan manusia. Terancamnya terumbu karang
ini dianggap sebagai akibat perubahan iklim yang mengancam organisme
laut. Kelompok organisasi lingkungan menerbitkan sebuah laporan
berjudul, "Reefs at Risk Revisited" mengenai hal itu. Laporan itu
menyebutkan pemanfaatan sistem pemetaan satelit yang baru untuk
mempelajari dunia terumbu karang.
Pimpinan Lembaga Kelautan dan
Atmosfir Amerika (National Oceanic and Atmospheric atau NOAA), Jane
Lubchenco, mengatakan, “Dewasa ini, sekitar 75 persen terumbu karang
dunia terancam baik oleh kondisi-kondisi setempat maupun dunia”.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa
ancaman terumbu karang akan terus berlanjut, kecuali jika ada upaya
dilakukan untuk menyelamatkannya.
"Jika gejala itu terus berlangsung,
proyeksi laporan ini mencatat bahwa pada 20 tahun dari sekarang,
separuh dari terumbu karang dunia akan terkena panas dan menyebabkan
pemutihan yang parah. Dalam waktu 50 tahun persentase itu akan naik
menjadi lebih dari 95 persen,” paparnya.
Nancy Knowlton, yang bekerja di
Lembaga Smithsonian, mengatakan bahwa terancamnya terumbu karang akan
berakibat besar pada kehidupan di laut.
"Diperkirakan paling sedikit
seperempat atau paling banyak sepertiga dari semua spesies yang hidup di
laut terkait dengan terumbu karang. Hal itu membuat terumbu karang
sebagai jenis hewan yang paling terancam punah di dunia, bahkan lebih
terancam punah dibanding katak,” ujarnya.
Jutaan spesies laut tergantung pada
terumbu karang. Terumbu karang sebagai sumber makanan yang sangat
penting bagi jutaan orang di seluruh dunia. Terumbu karang juga
melindungi tepi pantai dari badai dan banjir. Terumbu juga menjadi
sumber pendapatan di banyak negara.
Lauretta Burke, yang bekerja di
Institut Sumbar Daya Dunia, mengatakan, "Pariwisata merupakan penyumbang
perekonomian penting di lebih dari 95 negara dan wilayah di seluruh
dunia. Pariwisata menyumbang lebih dari 20 persen pendapatan domestik
kotor di seluruh dunia”.
Ia adalah penulis utama laporan itu.
Ia mengatakan bahwa lebih dari 275 juta orang punya ketergantungan pada
terumbu karang, terutama yang tinggal di Asia Tenggara dan Samudra
Hindia.
Laporan itu mencatat bahwa
penangkapan ikan yang berlebihan dan perubahan iklim adalah dua ancaman
paling serius terhadap laut di dunia. Dikatakan, kadar asam tinggi yang
disebabkan oleh pembakaran karbondioksida juga merupakan masalah.
Ancaman lain termasuk penggunaan bahan peledak untuk menangkap ikan, dan
bahan beracun serta pencemaran lain.
Lebih lanjut Lauretta Burke
mengatakan, "Penangkapan ikan yang berlebihan adalah ancaman yang paling
meluas yang merusak 55 persen terumbu karang dunia. Ancaman itu
khususnya terjadi di Asia Tenggara. Polusi dari tanggul air dan
pembangunan di daerah pesisir berdampak pada seperempat terumbu karang
dunia”.
Burke mengatakan bahwa kondisi
terumbu karang di Australia adalah yang terbaik berkat usaha
pelestarian, tetapi terumbu karang yang terdapat di Asia Tenggara sangat
terancam. Sembilan puluh persen terumbu karang itu dalam keadaan
menyedihkan akibat penangkapan ikan yang berlebihan.
Laporan itu menyebutkan bahwa terumbu
karang sangat penting. Disebutkan juga bahwa pengelolaan dan kebijakan
yang lebih baik harus dilakukan untuk mengurangi ancaman ekosistem yang
bernilai itu.
0 komentar:
Posting Komentar