Ronaldo Bertemu Anak Asuhnya

Jumat, Juni 28, 2013

Ronaldo Bertemu Anak Asuhnya

Pesohor sepak bola Cristiano Ronaldo, rupanya peduli terhadap kelestarian lingkungan.
Selama tiga hari mulai Selasa (25/6) malam hingga Kamis (27/6), dia berada di Bali untuk mengkampanyekan pelestarian hutan mangrove sekaligus ditunjuk sebagai duta mangrove Indonesia.
Selain penanaman mangrove, Ronaldo direncanakan bertemu anak asuhnya, Martunis, salah satu korban tsunami Aceh 2004 yang terapung selama 19 hari.
Sewaktu ditemukan, Martunis mengenakan jersey Portugal bernomor punggung Ronaldo. Cerita itu sempat menyedot perhatian dunia.
Federasi Sepak Bola Portugal kemudian mengundang Martunis ke negaranya, Juni 2005. Sekian lama tidak bertemu, Martunis kini sudah berada di Bali.
"Sudah sampai dari malam (Senin 24/6). Ya senang bisa bertemu kembali. Nanti kalau bertemu Ronaldo, saya mau titip salam untuk pemain Portugal lainnya. Saya suka dia karena permainannya. Saya juga ikut mengubah gaya rambut," ujar Martunis yang didampingi salah seorang camatdi Aceh, Mustafa. TRIBUNNEWS.COM
READ MORE - Ronaldo Bertemu Anak Asuhnya

IKAN MATI DI TELUK LAMPUNG BUKAN KARENA VIRUS

Senin, Juni 24, 2013


Kematian ikan-ikan dan perubahan warna air di perairan Teluk Lampung diyakini dipicu oleh red tide, yaitu fenomena unik serangan blooming plankton. | KOMPAS/Yulvianus Harjono                                                                                                                             BANDAR LAMPUNG — Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Lampung memastikan bahwa kematian ribuan ikan di Teluk Lampung bukan karena penyakit atau virus.
"Kami sempat turun dan mengambil sampel ikan yang mati. Setelah diteliti di laboratorium, hasilnya ternyata negatif dari bakteri, parasit, jamur, atau virus. Bukan karena penyakit," tutur Herman dari Stasiun Karantina Ikan Kelas I Lampung, Selasa (18/12/2012).
Menurut dia, ada penyebab lain dari kematian ribuan ikan secara tidak wajar di sejumlah tempat budidaya di Teluk Lampung. Hal ini semakin menegaskan bahwa ikan-kan itu mati akibat fenomena red tide atau meledaknya populasi plankton.
Ledakan populasi plankton mengakibatkan ikan sulit bernapas. pasalnya, plankton itu menempel di insang dan mengambil oksigen dalam jumlah besar.
"Kematian ikan-ikan itu kemungkinan besar karena ledakan alga (plankton)," ujar Herman.
sumber : KOMPAS.COM





READ MORE - IKAN MATI DI TELUK LAMPUNG BUKAN KARENA VIRUS

WAKATOBI SEGERA JADI CAGAR BIOSFIR DUNIA

Kamis, Maret 15, 2012




"Jumlah spesies terumbu karang di perairan laut Wakatobi mencapai 750 spesies dari 850 spesies terumbu karang dunia.
Di laut Karibia yang banyak dikunjungi wisatawan terutama penyelam, hanya memiliki 50 spesies terumbu karang, sedangkan laut Merah hanya 300 spesies," 


Wilayah Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), segera ditetapkan jadi kawasan cagar biosfir dunia oleh badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Unesco.

"Badan PBB yang menaungi bidang pendidikan dan kebudayaan itu akan bersidang menetapkan Wakatobi sebagai kawasan cagar biosfir dunia di Paris pada April 2012," kata Bupati Wakatobi, Hugua melalui telepon dari Wangi-wangi, ibukota Wakatobi, Rabu.

Menurut Hugua, ada tiga kepentingan yang dilindungi Unesco dalam menetapkan Wakatobi sebagai pusat cagar biosfir dunia, yakni kearifan lokal masyarakat Wakatobi, kelestarian lingkungan, dan kepentingan ekonomi masyarakat yang berkelanjutan.

Ia mengatakan, kearifan lokal yang dilindungi di Wakatobi adalah menyangkut tradisi budaya masyarakat Wakatobi dalam memperlakukan alam dan mengambil sesuatu dari alam.

"Masyarakat Wakatobi sangat menghargai alam sekitar karena alam dengan segala kemurahannya menyediakan segala sumber kehidupan manusia cukup berkelimpahan," katanya.

Sedangkan kelestarian lingkungan perlu dilindungi karena kawasan perairan laut Wakatobi memiliki keragaman terumbu karang dan biota laut yang cukup tinggi dibandingkan dengan kawasan-kawasan lain yang ada di dunia.

"Jumlah spesies terumbu karang di perairan laut Wakatobi mencapai 750 spesies dari 850 spesies terumbu karang dunia. Di laut Karibia yang banyak dikunjungi wisatawan terutama penyelam, hanya memiliki 50 spesies terumbu karang, sedangkan laut Merah hanya 300 spesies," katanya. 

Itu artinya ujar Hugua, kawasan perairan laut Wakatobi seluas kurang lebih 1,5 juta hektar, menyimpan potensi sumber daya alam perairan laut, sekitar 90 persen dari total potensi sumber daya kelautan yang ada di seluruh dunia.

Makanya, Unesco memandang kawasan Wakatobi sebagai kawasan yang harus dilindungi karena potensi kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, bisa menghidupi jutaan bahkan miliaran penduduk.

Sedangkan kepentingan ekonomi yang perlu dilindungi menurut Hugua, bagaimana masyarakat di kawasan Wakatobi dapat memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada secara berkelanjutan, tanpa mengganggu keseimbangan lingkungan.

"Tiga kepentingan itu yang mendorong pihak Unesco untuk menjadikan kawasan perairan laut Wakatobi sebagai pusat cagar biosfir dunia," katanya.

Pemerintah Indonesia sendiri melalui Kementerian Kehutanan, sejak tahun 1996, sudah menetapkan kawasan perairan laut Wakatobi seluas 1,3 juta hektar sebagai kawasan Taman Laut Nasional Wakatobi.

Namun dengan status Taman Laut Nasional, yang dilindungi hanya kelestarian alam alam bawah laut Wakatobi, sedangkan masyarakat dan kepentingan ekonomi berkelanjutan tidak mendapat perlindungan.

"Dengan status sebagai pusat cagar biosfir dunia, minimal melindungi tiga kepentingan itu tadi, kearifan lokal masyarakat, kelestarian lingkungan, dan kepentingan ekonomi berkelanjutan," kata Hugua.  
 


READ MORE - WAKATOBI SEGERA JADI CAGAR BIOSFIR DUNIA

SISTEM PEMETAAN SATELIT BARU BISA SELAMATKAN TERUMBU KARANG

Laporan kelompok organisasi lingkungan yang berjudul "Reefs at Risk Revisited" menyebutkan sistem pemetaan satelit yang baru bisa dimanfaatkan untuk mempelajari dunia terumbu karang.


Dunia terumbu karang makin terancam, sebagian besar disebabkan kegiatan manusia. Terancamnya terumbu karang ini dianggap sebagai akibat perubahan iklim yang mengancam organisme laut. Kelompok organisasi lingkungan menerbitkan sebuah laporan berjudul, "Reefs at Risk Revisited" mengenai hal itu. Laporan itu menyebutkan pemanfaatan sistem pemetaan satelit yang baru untuk mempelajari dunia terumbu karang.

Pimpinan  Lembaga Kelautan dan Atmosfir Amerika (National Oceanic and Atmospheric atau NOAA), Jane Lubchenco, mengatakan, “Dewasa ini,  sekitar 75 persen terumbu karang dunia terancam baik oleh kondisi-kondisi setempat maupun dunia”.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa ancaman terumbu karang akan terus berlanjut, kecuali jika ada upaya dilakukan untuk menyelamatkannya.
"Jika gejala itu terus berlangsung,  proyeksi laporan ini mencatat bahwa pada 20 tahun dari sekarang, separuh dari terumbu karang dunia akan terkena panas dan menyebabkan pemutihan yang parah. Dalam waktu 50 tahun persentase itu akan naik menjadi lebih dari 95 persen,” paparnya.

Nancy Knowlton, yang bekerja di Lembaga Smithsonian, mengatakan bahwa terancamnya terumbu karang akan berakibat besar pada kehidupan di laut.
"Diperkirakan paling sedikit seperempat atau paling banyak sepertiga dari semua spesies yang hidup di laut terkait dengan terumbu karang. Hal itu membuat terumbu karang sebagai jenis hewan yang paling terancam punah di dunia, bahkan lebih terancam punah dibanding katak,” ujarnya.

Jutaan spesies laut tergantung pada terumbu karang. Terumbu karang sebagai sumber makanan yang sangat penting bagi jutaan orang di seluruh dunia. Terumbu karang juga melindungi tepi pantai dari badai dan banjir. Terumbu juga menjadi sumber pendapatan di banyak negara.

Lauretta Burke, yang bekerja di Institut Sumbar Daya Dunia, mengatakan, "Pariwisata merupakan penyumbang perekonomian penting di lebih dari 95 negara dan wilayah di seluruh dunia. Pariwisata menyumbang lebih dari 20 persen pendapatan domestik kotor di seluruh dunia”.

Ia adalah penulis utama laporan itu. Ia mengatakan bahwa lebih dari 275 juta orang punya ketergantungan pada terumbu karang, terutama yang tinggal di Asia Tenggara dan Samudra Hindia.

Laporan itu mencatat bahwa penangkapan ikan yang berlebihan dan perubahan iklim adalah dua ancaman paling serius terhadap laut di dunia. Dikatakan, kadar asam tinggi yang disebabkan oleh pembakaran karbondioksida juga merupakan masalah. Ancaman lain termasuk penggunaan bahan peledak untuk menangkap ikan, dan bahan beracun serta pencemaran lain.

Lebih lanjut Lauretta Burke mengatakan, "Penangkapan ikan yang berlebihan adalah ancaman yang paling meluas yang merusak 55 persen terumbu karang dunia. Ancaman itu khususnya terjadi di Asia Tenggara. Polusi dari tanggul air dan pembangunan di daerah pesisir berdampak pada seperempat terumbu karang dunia”.

Burke mengatakan bahwa kondisi terumbu karang di Australia adalah yang terbaik berkat usaha pelestarian, tetapi terumbu karang yang terdapat di Asia Tenggara sangat terancam. Sembilan puluh persen  terumbu karang itu dalam keadaan menyedihkan akibat penangkapan ikan yang berlebihan.

Laporan itu menyebutkan bahwa terumbu karang sangat penting. Disebutkan juga bahwa pengelolaan dan kebijakan yang lebih baik harus dilakukan untuk mengurangi ancaman ekosistem yang bernilai itu.

READ MORE - SISTEM PEMETAAN SATELIT BARU BISA SELAMATKAN TERUMBU KARANG

WASPADA !!! SEAFOOD ADA YANG MENGANDUNG ALGA BERACUN


Para peneliti kelautan dunia menemukan sekitar 300 jenis alga beracun di seluruh perairan dunia. Sekitar 35 jenis alga berbahaya tersebut hidup di perairan Indonesia. Alga yang termasuk ke dalam harmful algal blooms (HABs) ini dimakan oleh ikan dan hewan laut lainnya yang terkategori sebagai seafood (makanan laut).

"Padahal, seafood tersebut kebanyakan dikonsumsi oleh manusia,” ungkap Kepala Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2 Oseanografi LIPI), Zainal Arifin, pada acara Training dan Seminar Seafood Safety in Indonesia, Senin (20/2), di Jakarta.

Acara tersebut terselenggara atas kerja sama antara LIPI dengan United States Agency for International Development (USAID). Para peserta yang hadir berasal dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Amerika Serikat, USAID, otoritas pembuat kebijakan dari sejumlah kementerian dan para peneliti LIPI.

Zaenal menjelaskan, ada beberapa perairan di Indonesia yang perlu diwaspadai karena potensial sebagai habitat alga beracun terutama di kawasan teluk. Perairan tersebut adalah  perairan Ambon, Lampung, Kaobe (Sulawesi), Kalimantan Timur, dan Jakarta.

"Namun, untuk perairan di Teluk Jakarta tidak perlu dikhawatirkan karena bukan konsentrasi habitat alga beracun," tandasnya. Pada umumnya, alga beracun akan berkembang pesat pada musim panas (dry season).

Vera Trainer, Koordinator Penelitian HABs dan Human Health dari NOAA menambahkan, perlu langkah strategis menetapkan program pemantauan perluasan organisme berbahaya tersebut. Di negara maju, pemantauan dilakukan dengan menggunakan satelit. Selain itu, diperlukan pula pertukaran informasi dengan negara-negara yang telah melakukan penelitian lebih detil tentang hal itu, seperti Amerika Serikat.

Menurutnya, perlu pemahaman komprehensif untuk mendeteksi alga beracun yang masuk ke dalam makanan laut. Misalnya saja, akibat limbah berbahaya yang dibuang ke laut dari beragam industri yang tidak memiliki pengolahan limbah termasuk limbah nutrient dari aquaculture.

Kandungan fosfat, nitrat dan silikat yang berbahaya dari limbah termakan oleh alga sehingga alga menjadi beracun. Kemudian, alga beracun akan dimakan oleh ikan dan hewan laut lainnya. Mengkonsumsi seafood tersebut tentu berbahaya bagi manusia, bahkan bisa berakibat kematian.

Dikatakannya, jenis alga yang memakan limbah beracun ini terbagi dua kategori, yaitu alga yang tidak beracun dan alga yang beracun. "Jenis alga yang beracun biasanya banyak ditemui di area coral reef (karang), tentu berbahaya pula untuk dikonsumsi," imbuh Vera.

Upaya agar aman dalam mengkonsumsi makanan laut adalah dengan memilih ikan atau makanan laut sejenisnya yang berumur muda. Sebab, kandungan racun tentu lebih sedikit ketimbang pada ikan yang berumur lebih tua di mana racun telah terakumulasi pada ikan tersebut.

Langkah pencegahan agar makanan laut tetap aman dikonsumsi adalah dengan menggunakan test kit (tes untuk mendeteksi racun di dalam alga) secara berkala. "Tes dianjurkan seminggu sekali," ujarnya. (Sumber: Humas LIPI)

READ MORE - WASPADA !!! SEAFOOD ADA YANG MENGANDUNG ALGA BERACUN

CRITC DAN DIVISI EDUKASI COREMAP FASE II BERAKHIR

Selasa, Desember 27, 2011


Suatu  pertemuan khusus telah diadakan di gedung LIPI pada tanggal 21 Desember 2011 yang menandai berakhirnya kegiatan CRITC (Coral Reef Information and Training Centre) dan Divisi Edukasi COREMAP II (Coral Reef Rehabilitation and Management Program, Phase II) setelah aktif bergiat dalam bidang rehabilitasi dan  pengelolaan terumbu karang di Indonesia selama 13 tahun terakhir. Pertemuan ini merupakan refleksi akan perjalanan  sejarah, capaian dan pembelajaran Program COREMAP selama ini, khususnya peran tanggung jawab yang diemban oleh LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia).

COREMAP I (Tahap I) dilaksanakan pada tahun 1998 – 2004 di bawah kordinasi LIPI, sedangkan COREMAP II (Tahap II) di bawah kordinasi Kementerian Kelautan dan Perikanan.  Program COREMAP mendapat bantuan pendanaan dari GEF/World Bank, Asia Development Bank, dan selama Tahap I juga dari AusAID (Australia).

Mulai sejak awal persiapan sampai implementasi Program COREMAP, LIPI telah memainkan peran signifikan terutama dalam bidang riset dan informasi, edukasi, dan penyadaran masyarakat. Sejumlah besar informasi mengenai terumbu karang dan berbagai hal yang terkait dengannya telah dikumpulkan, dikaji dan diteliti untuk mendukung upaya pengelolaan terumbu karang.  Tak sedikit jumlah tenaga dari berbagai penjuru Indonesia  yang telah dididik dan diberi pelatihan untuk menunjang pengelolaan dan rehabilitasi terumbu karang. Kampanye penyadaran masyarakat tentang terumbu karang telah dilaksanakan dengan intensif yang berujung dengan diraihnya penghargaan internasional 
Gold Quill Award dari International Assocaition of Business Communicators (IABC). Di samping itu, Divisi Edukasi telah mengembangkan kerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Budaya untuk mengembangkan silabus, kurikulum, dan berbagai bahan ajar tentang laut yang telah digunakan secara luas di sekolah-sekolah, mulai dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat sekolah menengah atas, di hampir seantero Indonesia.

Menurut Dr. Zainal Arifin, Kepala Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI, capaian terpenting COREMAP bersifat intangible atau tak berwujud fisik seperti bangunan atau konstruksi yang kasat mata.  Capaian terbesarnya  adalah  berhasil mengubah pola pikir (mindset) masyarakat  luas dari yang semula tak tahu dan tak acuh tentang lingkungan laut menjadi masyarakat yang sadar, peduli dan bersedia ikut serta melindungi, mengkonservasi dan memanfaatkan sumberdaya pesisir secara berkelanjutan. 

Dalam pertemuan itu, beberapa kegiatan pasca selesainya proyek diusulkan, antara lain  perlunya segera disusun buku yang memberikan gambaran tentang sejarah, capaian, dan pembelajaran dari perjalanan COREMAP selama ini, yang diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan untuk kegiatan-kegiatan dan kebijakan pengelolaan sumberdaya pesisir di kemudian hari. 

Ada pula disarankan untuk mengembangkan pusat latihan tentang pengelolaan pesisir yang berskala nasional ataupun regional dengan modal berbagai keahlian dan pengalaman yang telah diraih, dan berbagai fasilitas pendukung yang telah diperoleh dari Program COREMAP selama ini. 



READ MORE - CRITC DAN DIVISI EDUKASI COREMAP FASE II BERAKHIR

KARYA TERBAIK "LOMBA PENULISAN ARTIKEL" DALAM AJANG FORKOM MATABUKA 2011 AKAN DIJADIKAN SUMBER TULISAN DALAM BLOG

Senin, Desember 19, 2011


Coral Reef Rehabilitation and Management Program (COREMAP) - LIPI, melalui Bidang Pendidikan mengkampanyekan berbagai program ke masyarakat luas dalam membangun paradigma baru tentang upaya pelestarian terumbu karang. Salah satu upaya yang diselenggarakan adalah membangun jaringan komunikasi dalam bentuk Forum Komunikasi Masyarakat Pecinta Terumbu Karang (Forkom Matabuka). Komunikasi para komunitas yang terdiri dari siapapun dan kalangan manapun yang memiliki visi yang sama yaitu sebagai pelestari terumbu karang telah memanfaatkan berbagai media sosial salahsatunya webblog.

Pada tahun 2011, bersamaan dengan rangkaian kegiatan Kontes Inovator Muda (KIM) ke-6 dilaksanakanlah kegiatan 'Forum Diskusi dan Lomba Penulisan Artikel' yang bertemakan "Bahana Pena Maya Blogger Muda Dalam Melestarikan Terumbu Karang". Kegiatan ini melibatkan sekitar 250 peserta dari siswa/i SMA - sederajat dan mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi se-Jabodetabek.

Berkaitan dengan kegiatan Lomba Penulisan Artikel, didapatkan 3 Penulis Artikel Terbaik (hasil penilaian dewan juri) yang diumumkan pada acara puncak KIM 6, terdiri dari :
Juara 1 : atas nama Marcella perwakilan SMA K 7 Penabur, judul artikelnya "Tentang Dunia yang (Hampir) Hilang".
Juara 2 : atas nama Fifiani Lugito perwakilan SMA K Penabur Gading Serpong, dengan judul artikel "Melindungi yang Jauh Dimata, Dekat Dihati"
Juara 3 : atas nama Alivia Hadisisabella perwakilan SMK Negeri 8 Jakarta, judul artikel "Kawula Muda sebagai Ujung Tombak Pelestarian Terumbu Karang"

Setiap karya tulis pemenang dan beberapa karya yang dinilai baik oleh juri dan penyelenggara, akan ditayangkan secara bergilir pada webblog Forkom Matabuka (http://cintaterumbukarang.blogspot.com) dengan harapan melalui karya tulis para peserta ini dapat menyumbangkan ide dan pendapat kepada masyarakat Indonesia maupun Dunia untuk selalu peduli lingkungan khususnya lingkungan laut beserta biotanya, terutama terumbu karang. (SELAMATKAN TERUMBU KARANG, SEKARANG !! KALAU BUKAN SEKARANG, KAPAN LAGI !!, KALAU BUKAN KITA, SIAPA LAGI !!)

Sumber : Tim Penyelenggara Kegiatan Forkom Matabuka 2011
READ MORE - KARYA TERBAIK "LOMBA PENULISAN ARTIKEL" DALAM AJANG FORKOM MATABUKA 2011 AKAN DIJADIKAN SUMBER TULISAN DALAM BLOG

SMAN 1 KENDARI JUARA KONTES INOVATOR MUDA KE - 6

Selasa, Desember 13, 2011

 Foto Bersama Finalis KIM 6 dengan Juri Panelis dan Panitia Penyelenggara

Tiga siswa SMA Negeri 1 Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara berhasil menjuarai Kontes Inovator Muda (KIM) ke-6 tahun 2011 dalam babak grandfinal yang berlangsung di Jakarta, akhir pekan lalu. Dalam ajang yang digelar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu mereka menyisihkan dua finalis lainnya yaitu SMAK Tarsisius 1 Jakarta dan SMA Negeri 1 Jakarta yang berturut-turut menjadi juara kedua dan juara ketiga.

Tiga siswa yang mewakili SMAN 1 Kendari itu adalah Athar Abdurrahman, Niartanty Nirmala Saleh, dan Tryana Putri Jumianti. Karya tulis mereka bertajuk “Permainan Interaktif sebagai Media Pendidikan Pelestarian Terumbu Karang Sejak Dini di Pulau Bungkutoko Kota Kendari (Studi di SD Negeri 3 Abeli)”.

Peserta dari SMA Tarsisius terdiri dari Jovita Nathania, Maria Christina Yolenta Lestari, dan Rosinta Handinata dengan karya tulis berjudul “Penyelamatan Terumbu Karang dengan Kartu Terumbu Karang”.

Sedangkan, peserta dari SMA Negeri 1 Jakarta terdiri dari Nabila Mudin Sutanto, Nael Huda Qonita, dan Ulfi Uswatin Fadhilah dengan karya tulis berjudul “Mengurangi Tekanan Terhadap Terumbu Karang di Kepulauan Seribu Melalui Program Kelompok Ilmiah Remaja (KIR SMA Negeri 1 Jakarta)”.

Berdasarkan keterangan yang diperoleh “PRLM”, Senin (28/11), penyelenggaraan KIM ke-6 mengangkat topik seputar model pelestarian terumbu karang dari kaca mata generasi muda. Babak final berlangsung di Hall Pameran, Mal Tamini Square, Jakarta Timur, Sabtu (26/11).

Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Zainal Arifin menuturkan, sebanyak 92 karya tulis dari seluruh Indonesia dilombakan dalam kontes ini. Menurut dia, jumlah karya tulis peserta pada KIM Ke-6 ini sedikit menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang berjumlah 115 karya tulis. Pada tahun ini penyelenggaraan berlangsung secara terpusat dan tidak ada penyelenggaraan awal di daerah.
 
READ MORE - SMAN 1 KENDARI JUARA KONTES INOVATOR MUDA KE - 6

PAPARKAN PERMAINAN INTERAKTIF, SMA NEGERI 1 KENDARI : RAIH JUARA KIM LIPI

Jumat, Desember 09, 2011

Pemenang KIM 6 : SMAN 1 Kendari, SMA Tarsisius 1 Jakarta dan SMAN 1 jakarta bersama dengan Juri Panelis : Prof. Jamaluddin Jompa, Nurul Dhewani, M. Si dan Artika Dari Devi

 Makalah berjudul “Permainan Interaktif sebagai Media Pendidikan Pelestarian Terumbu Karang Sejak Dini di Pulau Bungkutoko Kota Kendari (Studi di SD Negeri 3 Abeli)” karya tiga siswa SMA Negeri 1 Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara  berhasil menjuarai Kontes Inovator Muda (KIM) ke-6 tahun 2011.
KIM ke-6 yang mengangkat topik seputar model pelestarian terumbu karang dari kaca mata generasi muda ini, sebelumnya diikuti 92 kelompok pemakalah remaja dari seluruh Indonesia seperti Aceh, Pangkal Pinang, Maumere, Sulawesi, Jakarta serta Biak. Setelah diseleksi terdapat 3 kelompok yakni SMAN 1 Kendari, SMAN 1 Jakarta serta SMAK Tarsisius 1 Jakarta dan masuk tahap grand final. Babak final berlangsung di Hall Pameran, Mal Tamini Square, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu.
Dalam ajang yang digelar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu, SMAN 1 Kendari berhasil menyisihkan dua finalis lainnya yaitu SMAK Tarsisius 1 Jakarta dan SMA Negeri 1 Jakarta yang berturut-turut menjadi juara kedua dan juara ketiga.

Tiga siswa yang mewakili SMAN 1 Kendari itu adalah Athar Abdurrahman, Niartanty Nirmala Saleh dan Tryana Putri Jumianti. Karya tulis mereka bertajuk "Permainan Interaktif sebagai Media Pendidikan Pelestarian Terumbu Karang Sejak Dini, di Pulau Bungkutoko KOta Kendari (Studi di SD Negeri 3 Abeli)". Peserta dari SMA Tarsisius 1 Jakarta, teridiri dari Jovita Nathania, Maria Christina Yolenta Lestari dan Rosinta handinata dengan karya tulis berjudul "Penyelamatan Terumbu Karang dengan Kartu Terumbu Karang (metode permainan kartu uno)". Sedangkan peserta dari SMAN 1 Jakarta terdiri dari Nabila Mudin Sutanto, Nael huda Qonita dan UlfiUswatin Fadhillah dengan karya tulis berjudul "Mengurangi Tekanan Terhadap Terumbu Karang di Kepulauan Seribu Melalui Program Kelompok Ilmiah Remaja (KIR SMA Negeri 1 Jakarta)". 
Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Zainal Arifin menuturkan, sebanyak 92 karya tulis dari seluruh Indonesia dilombakan dalam kontes ini. Menurut dia, jumlah karya tulis peserta pada KIM Ke-6 ini sedikit menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang berjumlah 115 karya tulis.
READ MORE - PAPARKAN PERMAINAN INTERAKTIF, SMA NEGERI 1 KENDARI : RAIH JUARA KIM LIPI

SISWA SMA ADU IDE SELAMATKAN TERUMBU KARANG

Selasa, November 29, 2011

Gambar : Okezone.com

Kepedulian generasi muda terhadap kelestarian alam, khususnya biota laut semakin meningkat. Berbagai aksi nyata mereka tuangkan dengan menghasilkan ide kreatif untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati di Nusantara, khususnya.

Sebagai wahana bagi ide kreatif kawula muda, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menghelat Kompetisi Inovator Muda (KIM). Ajang yang diperuntukan bagi pelajar SMA  ini diikuti oleh 92 sekolah di seluruh Indonesia.

Kompetisi besutan Bidang Edukasi Coral Reef Rehabilitation and Management Program (Coremap) LIPI ini mencoba melihat inovasi kawula muda dalam memberikan solusi penyelamatan eksositem terumbu karang di Indonesia. KIM kali keenam ini mengusung tema Model Pelestarian Terumbu Karang dari Kacamata Generasi Muda.

Kepala LIPI Lukman Hakim mengungkapkan, Indonesia merupakan negara kepulauan, dengan sekira 17 ribu pulau terbentang dari Sabang sampai Merauke. Maka, kekayaan bahari Indonesia, terutama terumbu karang, tentu sangat melimpah.

"Indonesia merupakan segitiga terumbu karang dunia. Namun, pemberdayaan terhadap sumber daya tersebut masih sangat memprihatinkan," kata Lukman di Tamini Square, Jakarta Timur, akhir pekan lalu.

Lukman mengatakan, melalui penelitian yang dilakukan oleh LIPI, kekayaan terumbu karang Indonesia dalam keadaan memprihatikan. Hanya 26 persen ekosistem terumbu karang dalam keadaan baik dan 36 persen dalam keadaan cukup. Namun, 32 persen ekosistem terumbu karang Indonesia dalam kondisi rusak.

"Manusia memiliki andil dalam kerusakan ekosistem terumbu karang tersebut. Faktor utama yang mendasari hal ini adalah minimnya tingkat pengetahuan untuk melestarikan terumbu karang," ujarnya.

Terakhir, Lukman berpesan agar para generasi muda kembali meningkatkan kepedulian untuk menjaga kelestarian terumbu karang sebagai kekayaan laut Indonesia. "Menjadi tanggung jawab generasi muda untuk memelihara dan menjaga terumbu karang untuk keberlanjutan bagi generasi selanjutnya," tuturnya.

Setelah melalui berbagai seleksi, tersisa tiga tim untuk berlaga di grand final. Mereka adalah SMAN 1 Kendari, SMAN 1 Jakarta, dan SMAK Tarsisius 1 Jakarta. Bertempat di Tamini Square, Jakarta Timur, ketiga tim menyampaikan hasil karya mereka di hadapan para pengunjung.

READ MORE - SISWA SMA ADU IDE SELAMATKAN TERUMBU KARANG

LEWAT BLOG MELESTARIKAN TERUMBU KARANG

Jumat, November 25, 2011

Kompas/Lasti Kurnia - Penyelam menikmati alam bawah laut perairan Pulau Sanghiang, Serang, Banten. Pesona terumbu karang yang masih cukup baik di perairan tersebut menarik wisatawan bahari dari wilayah Jabodetabek untuk menyelam pada akhir pekan.
JAKARTA, KOMPAS.com - Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang (COREMAP) telah dilakukan Lembaga Ilmi Pengetahuan Indonesia (LIPI) sejak tahun 1998. Setelah selama 13 tahun, COREMAP kini telah memasuki masa akhir tahap penyadaran masyarakat. 

Salah satu pencapaian program COREMAP adalah kegiatan Forum Komunikasi Pecinta Terumbu Karang (Forum Matabuka) Indonesia pada Kamis (24/11/2011) di Jakarta. Di forum ini, remaja tingkat SMA berkumpul untuk menyalurkan ide, aspirasi, dan inovasi untuk penyelamatan terumbu karang. 

"Forum Matabuka dilakukan reguler sejak tiga tahun lalu dan saat ini yang dilakukan adalah pembuatan dan pengisian blog," kata Dr. Ir. Iskandar Zulkarnain, Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI. Tiap tahun, Forkom Matabuka punya fokus kegiatan berbeda. 

Pada tahun pertama, kegiatan Forum Matabuka fokus pada pemberian pengetahuan tentang cara pembuatan dan pengemasan blog. Sementara tahun kedua diadakan lomba pembuatan blog. Tahun ketiga ini difokuskan pada cara pengisian informasi singkat dan menarik. 

Kelapa Puslit Oseanografi LIPI, Zainal Arifin mengatakan bahwa blog dipilih karena memiliki kedekatan dengan remaja. "Karena pelajar itu dunianya blog, Facebook. Blog akan berefek spiral, impact-nya lebih besar." 

Selain blog, kata Zainal, dalam rangka program COREMAP, LIPI juga telah menyusun buku ajar bagi remaja khusus tentang terumbu karang. Buku ajar tersebut bisa diunduh gratis dan tersedia bagi pelajar SD, SMP, dan SMA.

READ MORE - LEWAT BLOG MELESTARIKAN TERUMBU KARANG

FORKOM MATABUKA UNTUK PELESTARIAN TERUMBU KARANG

Para blogger muda berkumpul di Toko Buku Gramedia, Kamis (24/11/2011) untuk mengikuti edukasi perihal terumbu karang oleh COREMAP.
JAKARTA, KOMPAS.com -- Program rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang (COREMAP) tahap II akan berakhir pada akhir tahun ini. Tahapan penyadaran atau edukasi ini yang dilakukan COREMAP, Kamis (24/11/2011) di Toko Buku Gramedia, Jalan Matraman Raya, Jakarta. 

Kegiatan ini dipenuhi para blogger muda yang adalah anak-anak SMA dari berbagai sekolah di Jakarta. 

Acara yang diberi tajuk Forum Komunikasi Masyarakat Pecinta Terumbu Karang (Forkom Matabuka) ini diharapkan mampu mewadahi para pecinta terumbu karang dalam bentuk ide, aspirasi, dan inovasi penyelematan terumbu karang. 

Deputi Ilmu Kebumian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Iskandar Zulkarnain menjelaskan, COREMAP tahap II dilakukan dengan memberi edukasi demi peningkatan dan kepedulian masyarakat akan arti penting terumbu karang. Kegiatan menggandeng para blogger muda seperti ini diharapkan bisa menyebarkan informasi dan mengajak sesamanya untuk peduli akan ekosistem terumbu karang.

READ MORE - FORKOM MATABUKA UNTUK PELESTARIAN TERUMBU KARANG

KERUSAKAN TERUMBU KARANG DI INDONESIA CAPAI 31,5 %

Kamis, November 24, 2011


Jurnas.com | KONDISI kerusakan terumbu karang yaang berada di wilayah perairan Indonesia kian tinggi. Tercatat kerusakan terumbu karang di perairan Indonesia saat ini telah mencapai angka 31,5 persen. ”Dari penelitian akhir tahun 2008,ada sekitar 31,5 persen terumbu karang di seluruh Indonesia berada dalam kategori rusak. 

Sebagian besar kerusakan ditemukan di perairan yang berdekatan dengan kota besar seperti Teluk Jakarta,” ujar Kepala Pusat Oceanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Zainal Arifin di sela kegiatan Forum Komunikasi Masyarakat Pecinta Terumbu Karang (Forkom Matabuka) di Jakarta,Kamis (24/11).

Zainal menjelaskan, kerusakan diantaranya terjadi akibat aktivitas manusia dan perubahan iklim. Utamanya menyangkut dampak perubahan iklim yaitu terjadinya keasamaan karena PH atau kandungan padat dalam air laut menurun. ”Hal ini buruk karena mengurangi kemampuan terumbu karang untuk membentuk rumah atau kalsium kapur karena terumbu karang terdiri dari bagian itu,” katanya. 

Meski begitu tambah Zaenal, disisi lain, kondisi terumbu karang perairan Indonesia juga cenderung membaik. Pasalnya dalam penelitian juga terungkap sebanyak 30 persen terumbu karang berada dalam kondisi baik. ” Bahkan sebanyak lima persen terpantau sangat baik kondisinya. Untuk itu sampai saat ini terus diterapkan strategi pencegahan dan adapatasi mencegah kerusakan terumbu karang,” katanya. 

Penulis: Aria Triyudha

READ MORE - KERUSAKAN TERUMBU KARANG DI INDONESIA CAPAI 31,5 %

 
 
 

TENTANG FORKOM

FORKOM KOMUNIKASI MASYARAKAT PENCINTA TERUMBU KARANG merupakan wadah komunikasi diantara masyarakat dalam upaya meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya pelestarian ekosistem terumbu karang, COREMAP dengan komponen penyadaran masyarakat telah berupaya mengkampanyekan berbagai program kepada masyarakat luas. Selengkapnya

TRANSLATE POST

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Forkom Komunitas