

Sejak perjanjian pasar bebas ASEAN-China, ikan terlalu mudah untuk diimpor. Harga ikan lokal tidak dapat bersaing dengan ikan impor yang lebih murah 30%. Kementerian akan keluarkan peraturan pelarangan impor ikan jenis tertentu.
FORUM KOMUNIKASI MASYARAKAT PECINTA TERUMBU KARANG (FORKOM MATABUKA)
My site is worth$11,136.6Your website value?
Diposting oleh Putri Bariel - Blue Biroe di 10.07 0 komentar
Label: APA DAN MENGAPA, BERITA
Laboratorium ini dibangun di Universitas Queensland sebagai bagian dari proyek Climate Change Mesocosm (CCM). Proyek CCM ini mempelajari suhu, tingkat keasaman di bawah dan permukaan laut serta kondisi air di terumbu karang, kata Sophie Dove, yang mengepalai lab ini.
Pusat penelitian ini juga dilengkapi empat tangki air besar yang bisa membuat 7500 liter air. Para ahli bisa menggunakan lab ini untuk melihat reaksi terumbu karang terhadap empat kondisi lautan: masa pra industri, kondisi saat ini, serta laut dengan temperatur dan CO2 sedang hingga tinggi.
Diposting oleh Putri Bariel - Blue Biroe di 10.50 0 komentar
Label: BERITA
Saat ini, terumbu karang hanya bisa dijumpai di pesisir wilayah Teritip (Balikpapan Timur) dan perairan sekitar Pulau Balang (Balikpapan Barat). Menurut penuturan para nelayan, hingga awal tahun 90-an, masih banyak terumbu karang sepanjang pesisir Balikpapan.
Namun, satu demi satu, terumbu diambil dan dirusak dengan bom maupun jaring pukat harimau. Menurut Darwis (39), nelayan di Pantai Manggar, Balikpapan Timur, dulu, ia dan kawan-kawannya beranggapan terumbu malah menggangu. Selain merusak jaring, terumbu karang yang tajam, dikhawatirkan merusak badan bawah kapal serta karamba milik nelayan.
Darwis yang sudah melaut sejak kecil ini, dulu sering mengambil terumbu dengan harapan makin leluasa menjaring ikan besar karena dasar pantai lebih lapang. "Ketika ikan mulai sulit didapat, barulah saya sadar. Terumbu karang sangat penting," kata Darwis, Selasa (15/3/2011).
Tahun 1990-an, para nelayan di Manggar dan pesisir Balikpapan, bisa mendapat banyak ikan hanya dengan melaut sejauh 1-2 mil. Namun sekarang 10 mil lebih. Menurut Kamarudin (30), nelayan lain di Manggar, akibatnya adalah, nelayan boros waktu tenaga, dan bahan bakar.
Walikota Balikpapan Imdaad Hamid menegaskan Pemkot harus menggencarkan upaya pemulihan terumbu karang. Perusahaan harus digandeng untuk bekerja sama. "Sekarang, nelayan sudah mulai sadar ketika ikan-ikan mulai hilang karena tidak ada terumbu. Tiga tahun terakhir ini, tidak ada lagi perusakan terumbu," kata Imdaad, saat menerima bantuan sejumlah terumbu karang dari PT Thiess Indonesia, di Pantai Manggar, kemarin.
Kepala Dinas Pertanian, Kelautan, dan Perikanan Kota Balikpapan Chaidar, mengutarakan, terumbu karang juga tak menggangu budidaya rumput laut nelayan. "Terumbu berada di kedalaman tiga meter, sedangkan rumput laut kan berada di permukaan," kata Chaidar.
Diposting oleh Putri Bariel - Blue Biroe di 10.09 0 komentar
Label: APA DAN MENGAPA, BERITA, OPINI
Diposting oleh Putri Bariel - Blue Biroe di 16.33 0 komentar
Label: APA DAN MENGAPA, BERITA
Berdasar catatan Sustainable Coastal Livelihoods and Management (Susclam), organisasi nirlaba yang bergerak di bidang pelestarian alam wilayah Teluk Tomini, tutupan terumbu karang di bawah 50 persen pada tahun 2004. Diperkirakan tutupan terumbu karang di wilayah perairan Kabupaten Pohuwato tersebut semakin menurun pada tahun ini. Pasalnya, pengeboman ikan di wilayah tersebut masih marak terjadi.
"Maraknya pengeboman ikan ini akibat faktor ekonomi masyarakat nelayan. Selain itu, penegakan hukum terhadap pelaku pengeboman ikan masih rendah," kata koordinator Susclam, Rahman Dako, Senin (7/3/2011) di Gorontalo.
Rahman menambahkan, kondisi tutupan terumbu karang di bawah 50 persen dikategorikan rusak. Kondisi lebih parah juga terjadi di perairan selatan Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Ada beberapa lokasi di perairan di sana yang tutupan terumbu karangnya kurang dari 30 persen atau rusak berat.
Anggota Komisi C DPRD Pohuwato, Ibrahim Hamzah mengatakan, pengeboman ikan sudah meresahkan nelayan lokal di Pohuwato. Selain membunuh benih ikan, pengeboman juga berdampak pada hancurnya terumbu karang di wilayah perairan tersebut. Padahal, terumbu karang menjadi sarang ikan berbagai jenis.
"Kami meminta agar polisi perairan meningkatkan operasi di wilayah kami. Sebab, pengeboman ikan sudah sangat meresahkan. Selain merusak benih, terumbu karang juga turut hancur," kata Ibrahim.
Diposting oleh Putri Bariel - Blue Biroe di 10.35 0 komentar
Label: APA DAN MENGAPA, BERITA, OPINI
Diposting oleh Putri Bariel - Blue Biroe di 15.09 0 komentar
Diposting oleh Putri Bariel - Blue Biroe di 12.32 0 komentar
Label: BERITA
Salah satu isu yang disepakat dalam pertemuan APEC ketiga dan dimuat dalam Deklarasi Paracas adalah isu kelautan terhadap keamanan pangan. Salah satu jenis ikan yang permintaan mengalami peningkatan secara signifikan adalah ikan karang hidup (seperti ikan kerapu), terutama pasar internasional. Sementara itu, perdagangan ikan karang hidup secara berkelanjutan merupakan salah satu komponen penting di dalam melaksanakan keamanan pangan. Disampaikan Dr.Gellwynn Jusuf selaku Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan sekaligus Lead Shepherd-APEC Fisheries Working Group pada saat membuka secara resmi workshop internasional bertajuk "market-based improvement on live reef fish food trade" di Hotel Sanur Paradise, Bali hari ini (1/3).
Lebih lanjut Gellwynn menyampaikan bahwa pengaturan perdagangan ikan karang hidup harus dilakukan dengan pendekatan yang konperhensif untuk meyediakan akses masyarakat terhadap pangan, perdagangan, keamanan lingkungan dan keberlanjutan sumberdaya. Keberadaan lingkungan "sehat" diyakini dapat meningkatkan populasi dan kelangsungan ikan karang. Harga ikan karang hidup di pasaran jauh lebih tinggi dibandingkan ikan sejenis yang telah diolah, bahkan ikan karang hidup dari alam lebih banyak diminati dibandingkan ikan karang hasil budidaya. Untuk itu, forum kerjasama ekonomi Asia Pasifik (APEC) sangat berperan dalam menyelaraskan perdagangan ikan karang hidup secara lestari, mengingat sebagian besar yang terlibat dalam perdagangan ikan karang hidup adalah anggota APEC, tegas Gellwyn.
Sementara itu, Dirjen P2HP, Dr. Victor Nikijuluw dalam sambutannya yang disampaikan Sesditjen P2HP, Dr. Syafril Fauzi menekankan pentingnya dukungan dan kolaborasi dunia internasional dalam penyelamatan kelestarian ikan karang hidup, khususnya dalam hal pengaturan perdagangannya. Menurutnya, saat ini kelestarian perdagangan ikan karang hidup terancam karena beberapa hal, yaitu: praktek penangkapan ikan ilegal dan destruktif (bom, sianida dll), penangkapan ikan berlebih (over fishing), menangkap ikan berukuran kecil, dan tingginya permintaan ikan karang hidup dari alam serta anaknya yang setiap tahun mengalami peningkatan. Forum ini diharapkan dapat mengatur mekanisme perdagangan ikan karang hidup sehingga keberlanjutan sumberdaya ini terjaga.
Permintaan ikan karang hidup sejak tahun 1998 terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini memberikan dampak serius terhadap kelestarian ikan karang hidup. Saat ini, Hongkong tercatat sebagai importir utama komoditas ikan karang hidup, dengan nilai sekitar Rp 1,4 triliun pada tahun 2008 dan Indonesia menjadi salah satu negara eksportir terbesar ke negara tersebut, yakni sebesar 25 persen atau masih dibawah Filipina yang berkontribusi sebesar 28 persen.
Penyelenggaraan workshop dilaksanakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bekerjasama dengan sekretariat APEC dan organisasi lingkungan hidup World Wildlife Fund (WWF). Kegiatan yang berlangsung selama 3 hari (1-3 Maret 2011) dihadiri oleh 122 peserta dari 12 negara anggota APEC, yaitu: Indonesia, Amerika Serikat, Kanada, Thailand, Vietnam, Peru, Rusia, Filipina, Hongkong, Australia, Papua Nugini, dan Malaysia. Kegiatan ini bertujuan untuk membangun kesadaran bersama dari para anggota APEC mengenai pentingnya pengelelolaan perdagangan ikan karang hidup secara berkelanjutan, disamping bertukar pengalaman para negara anggota sehingga dapat menjadi proses pembelajaran negara lainnya.
Untuk keterangan lebih lanjut silakan menghubungi Dr. Yulistyo Mudho, M.Sc, Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan, (HP. 0811836967)
Diposting oleh Putri Bariel - Blue Biroe di 12.15 1 komentar
Label: AKTIVITAS KOMUNITAS, APA DAN MENGAPA, BERITA, OPINI
Ilmuwan di Florida Museum of Natural History menemukan bahwa gerakan hiu menetapkan tujuan dengan tepat melibatkan kemampuan pemindaian hiu berdasarkan memori yang tersimpan dari perjalan sebelumnya.
"Penelitian kami menunjukkan hiu memiliki penentuan lokasi dengan sangat tepat. Secara sederhana, mereka tahu harus pergi ke arah mana," ujar ilmuwan Yannis Papastamatiou. Banyak orang yang mampu berjalan dengan tujuan 3,7 hingga lima mil namun bayangkan itu terjadi pada jarak yang lebih jauh di laut pada malam hari.
“Siapapun yang sering menyelam tentu memahami bahwa berada di bawah laut tanpa kompas sangatlah sulit. Namun, kemampuan ini kami temui pada hiu harimau,” kata Papastamatiou lagi.
Hiu mampu mendeteksi 30 mil dengan melihat bentuk gerakan dari skala spasial yang berbeda. Inilah cara menggabungkan jarak dan panjang relatif secara sederhana.
Ilmuwan juga menemukan hiu dewasa memiliki kemampuan navigasi yang lebih baik dari hiu remaja. ini berarti kemampuan pemetaan tersebut dibangun sejalannya waktu.
Kekuatan indrawi hiu memang legendaris. Hewan tersebut juga mampu mendeteksi konsentrasi bahan kimia sekecil apapun dalam air, frekuensi suara rendah hingga ratusan meter serta memanfaatkan medan magnet.
Penelitian terbaru dipublikasikan di Journal of Animal Ecology.
Diposting oleh Putri Bariel - Blue Biroe di 14.51 0 komentar
Label: APA DAN MENGAPA, BERITA, OPINI
"Orang yang makan tidak pernah tahu ikan dari mana dan kondisi laut bagaimana. Nelayan sebagai pengamat alam. Komoditi ikan masih bisa diproduksi secara alami misalnya seperti ikan baronang yang pertumbuhannya cepat, bisa dimanfaatkan secara lestari," ungkapnya Selasa, (1/3/2011). Hanya saja, lanjutnya, asal setiap area ikan tidak ditangkap secara berlebihan. Ia menuturkan ikan memiliki populasi optimun dan bisa diatur pengambilan ikan secara lestari.
"Laut bukan seperti tambang. Alam punya kemampuan untuk tumbuh sendiri. Kalau tidak diambil akan mati alami. Hanya saja, manusia mengambil sumber daya laut melebihi kemampuan alam untuk memproduksi," katanya. Ia menambahkan untuk meningkatkan produksi maka perlu turunkan dulu produksi.
"Tapi kita nggak pernah kasih break. Kalau kita manage kan ada istilahnya zoning. Tempat lain bisa diambil secara lestari baik jumlah maupun ukurannya. Ini perlu tindakan kolektif. Ekstraktif boleh saja, tapi diatur," ungkapnya.
Ia mengatakan untuk ikan agar jangan ambil yang masih kecil. "Cukup berikan 1 kali untuk ikan kawin sudah oke. Ikan bisa bertelur puluhan ribu. Kenapa ikan bisa habis? Karena tidak diberi kesempatan satu kali saja untuk kawin. Itu solusinya. Seringkali pikiran nelayan kalau lepas ikan kecil mikirnya besok diambil nelayan. Perlu menahan godaan secara kolektif," jelasnya.
Sebagai contoh adalah Australia. Jamaluddin mengatakan kepiting betina tidak boleh dikonsumsi di Australia. "Di Indonesia populasi kepiting turun terus. Tidak ada kepedulian untuk melestarikan laut secara action," imbuhnya. Wisata bahari, menurutnya, tidak sekadar laut yang sedap dipandang namun juga kesempatan alam untuk pulih.
Diposting oleh Putri Bariel - Blue Biroe di 17.10 0 komentar
Diposting oleh Putri Bariel - Blue Biroe di 10.30 1 komentar
Label: APA DAN MENGAPA, BERITA, OPINI