“Dalam musim-musim seperti ini, saya yakin bahwa apabila besok kita melakukan kegiatan yang sama, jumlah sampah yang dikumpulkan juga akan sama,” demikian ungkap Birger Finaut, manager dari Puri Wirata dive resort and spa di Amed. Seperti juga para pelaku pariwisata di Amed, mereka mengkhawatirkan dampak negatif sampah ini terhadap pariwisata.
“Banyak tempat-tempat pariwisata yang indah di Bali, seperti di sini, masih mempunyai masalah dengan sampah,” ujar Naneng Setiasih, program manager segitiga karang Coral Reef Alliance (CORAL). “Dan ini bukan hanya tugas pemerintah semata untuk menanganinya, namun juga tugas kita semua.”
CORAL bersama-sama dengan Yayasan Reef Check Indonesia telah menginisiasi pembangunan program percontohan pengelolaan sampah sederhana di sekolah-sekolah di sekitar kawasan Amed. Program ini dibangun sebagai program bersama yang melibatkan pelaku bisnis, dan yayasan pendidikan di Amed (Yayasan Peduli Alam dan Yayasan Nata Nurani), sebagai bagian dari rencana untuk menciptakan kawasan wisata terumbu karang yang berkelanjutan.
I Ketut Anis ketua Bidang Konservasi Badan Lingkungan Hidup Karangasem kemudian menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat setempat dalam menangani masalah sampah ini. Setelah mengumpulkan satu karung sampah dari pinggir laut, beliau menegaskan komitmen pemerintah dalam membantu memfasilitasi pihak-pihak terkait untuk mengurangi volume sampah ke daerah-daerah strategis seperti Amed.
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bagian dari kegiatan bulan bumi, untuk memperingati hari bumi pada tanggal 22 April. CORAL (Coral Reef Alliance) dan Yayasan Reef Check Indonesia bekerjasama dengan masyarakat lokal di berbagai tempat akan mengadakan serangkaian kegiatan. Clean up ini akan diikuti oleh kegiatan pelatihan-pelatihan di Sabang dan Bintan. Puncak peringatannya sendiri akan dilakukan di Tejakula, Singaraja, pada tanggal 22 April 2011.
0 komentar:
Posting Komentar