Sebagai contoh, pada 2008, dua paus sperma yang terdampar di pesisir California, AS, memiliki 205 kilogram jaring ikan dan serpihan sampah plastik dalam tubuhnya. Seekor di antaranya memiliki perut yang rusak. Seekor lainnya, dalam kondisi kelaparan, memiliki banyak sampah plastik yang menghalangi saluran pencernaannya.
Tujuh paus sperma yang terdampar di selatan Italia pada tahun 2009 juga didapati telah menelan kail, tali, dan obyek-obyek plastik lainnya. Seekor paus lain, yang ditemukan tewas di perairan Perancis pada 2002, bahkan telah menelan hampir satu ton sampah, termasuk kantong plastik dari dua supermarket terkenal di Inggris.
"Paus Cuvier di kawasan utara Atlantik tampaknya yang paling sering didapati menelan dan mati karena kantong plastik," kata Mark Simmonds, anggota Scientific Committee of the International Whaling Commission (IWC) yang menuliskan laporan tersebut.
Sayangnya, peneliti kesulitan untuk memastikan seluruh populasi paus yang terancam oleh masalah ini. "Di banyak kawasan di dunia, bangkai paus yang terdampar tidak dicatat dan diperiksa. Sayangnya, di kawasan tempat paus yang terdampar dicatat, pemeriksaan terhadap benda-benda yang ditelan jarang dilakukan," kata Chris Parsons, biolog kelautan dari George Mason University, Virginia, AS.
Para pakar menyebutkan, sebagian besar paus yang mati akibat menelan sampah atau alat-alat penangkap ikan umumnya tenggelam ke dasar laut.
Meski jarang didata, terdapat bukti-bukti bahwa sampah plastik di laut bisa membahayakan paus. Peneliti menyebutkan bahwa bukti-bukti ini perlu segera diselidiki lebih lanjut.
"Kami belum mengetahui sampah laut berada di peringkat berapa dalam daftar ancaman dibandingkan ancaman lain. Namun, dengan semakin banyaknya sampah di samudra, sampah plastik akan menjadi ancaman yang semakin besar," kata Simmonds.
0 komentar:
Posting Komentar